Search

Content

Friday, January 11, 2013

Apresiasi Karya Sastra



  sumber gambar dari SINI

Apresiasi sastra merngandung pengertian memahami, menikmati, menghargai, serta menilai karya sastra.

Kegiatan apresiasi sastra dilakukan dalam beberapa tingkat, yakni:
1. Tingkat menggemari yang ditandai oleh adanya rasa ketertarikan dan keinginan mengetahui lebih lanjut tentang karya sastra.
2. Tingkat menikmati, yakni mulai dapat menikmati karya sastra, karena mulai tumbuhnya pengertian.
3. Tingkat merespons atau mereaksi, yakni mulai ada keinginan untuk dapat menyatakan pendapat tentang karya sastra yang diminati.
4. Tingkat produktif, yakni mulai ikut menghasilkan karya sastra.

Untuk mengapresiasi sastra maka diperlukan pemahaman yang kuat pula mengenai karya sasta itu sendiri, misalnya prosa (cerita pendek, novel, dan sebagainya), serta puisi, terutama mengenai unsur-unsurnya.

Berikut ini dipaparkan mengenai unsur cerita dan juga unsur puisi.

UNSUR-UNSUR CERITA
Unsur cerita terbagi atas unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

A. Unsur Intrinsik
Adalah unsur-unsur yang terdapat di dalam karya sastra itu sendiri yang membangun karya itu dari dalam, dan ikut menentukan kualitas suatu karya sastra (seperti: cerita).
Unsur intrinsik cerita terdiri atas:
1. Tema
Adalah ide dasar suatu cerita atau pokok pembicaraan yang akan disampaikan dalam cerita. Tema merupakan titik tolak bagi pengarang untuk menulis sebuah cerita.
Tema terbagi atas dua, yakni tema mayor (tema utama), serta tema minor (tema tambahan atau tema pendukung dari tema utama).

2. Alur atau plot
Adalah rangkaian peristiwa yang membentuk cerita yang disusun secara logis.
Menurut sifatnya, alur dapat dibagi menjadi:
a) Alur longgar
Disebut alur longgar apabila sebagian alur ditinggalkan, keutuhan cerita tidak terganggu.
b) Alur ketat
Disebut alur ketat apabila sebagian alur ditinggalkan, keutuhan cerita menjadi terganggu.

Menurut susunan pengisahannya, alur dibedakan menjadi:
a) Alur maju atau progresif
Adalah alur yang jalinan peristiwanya mulai dari awal hingga akhir cerita berjalan teratur atau runtut.
b) Alur mundur atau regresif
Adalah alur yang menceritakan peristiwa masa lampau. Alur ini kerap disamakan dengan alur flash black yang menempatkan akhir cerita di awal cerita, kemudian kembali ke masa lampau.
c) Alur campuran
Adalah alur yang menceritakan peristiwa masa kini hingga masa depan, namun juga memuat peristiwa masa lampau.
d) Alur klimaks
Adalah alur yang susunan peristiwanya menanjak, berangkat dari peristiwa biasa, lalu semakin meningkat hingga menjadi suatu peristiwa penting.
e) Alur antiklimaks
Adalah alur yang susunan peristiwanya cenderung menurun, mulai dari puncak konflik lalu menurun menuju peleraian masalah.
f) Alur kronologis
Adalah alur yang susunan peristiwanya berjalan sesuai dengan urutan waktu.

Adapun urutan alur, yakni:
1) Awal (Exposition) : Pengarang mulai memperkenalkan tokoh-tokohnya;
2) Tikaian (Inciting Force/ Ricing Action) : Mulai terjadi konflik di antara tokoh-tokoh pelaku.
3) Gawatan/rumitan (Crisis) : Konflik tokoh-tokoh semakin seru;
4) Puncak (Climax) : Konflik paling memanas atau puncak konflik di antara tokoh-tokohnya;
5) Leraian (Falling Action) : Saat peristiwa atau konflik semakin reda dan perkembangan alur mulai terungkap;
6) Akhir (Conclusion) : Seluruh peristiwa atau konflik selesai.
Bagian akhir terbagi atas tiga macam, yakni:
- Akhir cerita membahagiakan (denaument)
- Akhir cerita menyedihkan (catastroph)
- Akhir cerita bersifat terbuka (solution), pembaca dapat berimajinasi sendiri.

3. Amanat
Adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui cerita.

4. Tokoh
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam cerita.

Berdasarkan jenisnya, ada dua macam tokoh:
a. Tokoh utama atau tokoh sentral
Tokoh utama adalah tokoh yang membawakan tema, dan memegang banyak peranan dalam cerita.
b. Tokoh tambahan atau tokoh pembantu
Tokoh tambahan adalah tokoh yang mendampingi karakter utama, dan tidak digambarkan secara detail oleh pengarang.

Berdasarkan perannya, ada dua macam tokoh:
a. Protagonis : tokoh yang mengangkat tema.
b. Antagonis : tokoh yang memberi konflik pada tema dan biasanya berlawanan dengan karakter protagonis. (tokoh antagonis belum tentu jahat).
c. Tritagonis : tokoh yang muncul di antara tokoh protagonis dan antagonis.

Berdasarkan perubahannya, ada dua macam tokoh:
a. Tokoh statis : tokoh yang tidak mengalami perubahan kepribadian dari awal sampai akhir cerita.
b. Tokoh dinamis : tokoh yang mengalami perubahan kepribadian. Tokoh ini umumnya dibuat semirip mungkin dengan manusia sesungguhnya, terdiri atas sifat dan kepribadian yang kompleks.

5. Perwatakan dan Penokohan
Penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh di dalam cerita.
Perwatakan adalah karakterisasi atau sikap tokoh yang memengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku tokoh dalam cerita.

Pengarang menggambarkan watak tokoh melalui:
a) Penjelasan langsung dari pengarang (tertulis);
b) Dialog antartokoh;
c) Tanggapan atau reaksi dari tokoh lain terhadap tokoh lainnya;
d) Pikiran-pikiran tokoh;
e) Bentuk fisik;
f) Lingkungan di sekitar tokoh atau penampilan tokoh;
g) Tingkah laku, tindakan tokoh, atau reaksi tokoh terhadap suatu masalah.

6) Latar
Latar adalah unsur dalam cerita yang menunjukkan di mana, bagaimana, dan kapan peristiwa dalam suatu cerita itu berlangsung. Latar berkaitan dengan tempat, waktu, dan suasana pada cerita.
Macam latar, yakni:
a) Latar tempat atau latar geografis : latar yang berkaitan dengan tempat kejadian di dalam cerita;
b) Latar waktu adalah hal-hal yang berkaitan dengan masalah historis;
c) Latar suasana atau latar sosial adalah latar yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat.

7) Sudut pandang
Sudut pandang merupakan posisi pengarang terhadap peristiwa-peristiwa di dalam cerita.
Macam sudut pandang, yakni:
a) Sudut pandang orang pertama pelaku utama
Apabila dalam cerita itu tokoh utamanya adalah pengarang itu sendiri, yang secara langsung terlibat dalam cerita. Sudut pandang ini menggunakan sebutan ‘aku’ atau ‘saya’ sebagai tokoh utama.
b) Sudut pandang orang pertama pelaku sampingan
Adalah sudut pandang yang menampilkan ‘aku’ hanya sebagai tokoh tambahan, yang mengantarkan tokoh lainnya yang lebih penting.
c) Sudut pandang orang kedua
Adalah sudut pandang yang berpedoman pada kata ‘kamu’ atau ‘Anda’. Teknik ini jarang dipakai karena memaksa pembaca untuk mampu berperan banyak dalam cerita.
d) Sudut pandang orang ketiga pelaku utama
Adalah sudut pandang yang menceritakan orang ketiga sebagai tokoh utamanya. Sudut pandang ini menggunakan kata ganti orang ketiga, seperti ‘dia’, ‘ia’, atau pun nama tokoh untuk menyebut tokohnya.
e) Sudut pandang orang ketiga serbatahu
Adalah sudut pandang di mana pengarang berada di luar cerita dan menjadi pengamat yang tahu segalanya, bahkan berdialog langsung dengan pembacanya.
f) Sudut pandang orang ketiga terbatas
Adalah sudut pandang di mana tokoh ‘dia’, ‘ia’, tidak banyak berperan dalam cerita, dan tidak banyak mengetahui karakter tokoh lain.

8) Gaya bahasa
Gaya bahasa adalah cara khas dalam mengungkapkan pikiran atau perasaan melalui bahasa. Gaya bahasa dapat berupa majas-majas (jika ada) dalam sebuah cerita.


B. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur karya sastra (seperti: cerita) yang mendukung dari luar sebuah karya sastra tersebut. Unsur ekstrinsik berupa segala sesuatu yang menginspirasi penulis karya sastra dan memengaruhi karya sastra tersebut.
Unsur ekstrinsik meliputi:
1. Latar belakang kehidupan penulis;
2. Keyakinan dan pandangan hidup penulis;
3. Adat istiadat yang berlaku saat itu;
4. Situasi politik;
5. Situasi ekonomi;       
6. Kedudukan sosial pengarang;
7. Budaya pengarang;
8. Waktu yang melingkupi karya itu;
9. Nilai-nilai karya sastra, seperti nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, nilai estetika, nilai etika, nilai pendidikan, dsb.

UNSUR-UNSUR PUISI
Puisi merupakan karya sastra yang dipakai oleh penulisnya atau penyair untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya berdasarkan pengalaman dan bersifat imajinatif.
Menurut Marjorie Boulton, puisi mempunyai dua struktur, yaitu struktur lahir atau struktur fisik dan struktur batin.
A. Struktur Lahir atau Struktur Fisik Puisi
Struktur fisik puisi terdiri atas:
1. Diksi (pilihan kata)
Untuk menyatakan perasaan dalam puisi, penulis dapat melambangkan suatu kata dengan kata lain yang memiliki makna sama atau mirip dengan hal yang dimaksud. Contohnya, untuk menyatakan kesedihan, dapat digunakan kata ‘gelap’, ‘mendung’, ‘muram’.

2. Majas (gaya bahasa)
Majas atau gaya bahasa mempunyai pengaruh kuat dalam menghasilkan imajinasi tambahan dalam puisi. Contohnya untuk memberi kesan hidup, penulis dapat menggunakan majas personifikasi.
Contoh:
Di beranda ini angin tak kedengaran lagi
Langit terlepas, ruang menunggu malam hari
Kau berkata: pergilah sebelum malam tiba
Kudengar angin berdesah ke arah kita
(Goenawan Mohamad, “Di Beranda Angin Tak Kedengaran Lagi”)

3. Irama
Irama adalah keteraturan bunyi yang terdapat dalam puisi. Irama dibentuk oleh pergantian tekanan panjang pendek, kuat lemah, dan tinggi rendahnya bunyi.

4. Rima
Rima merupakan persamaan bunyi akhir tiap-tiap baris puisi untuk membentuk musikalisasi puisi. Rima juga digunakan untuk menambah keindahan puisi.

Ragam rima ada tiga macam, yakni:
1) Rima menurut bunyinya, terdiri atas:
a. Rima sempurna, yakni apabila seluruh suku kata akhir sama bunyinya (yang berbeda adalah huruf depannya)
Contoh: luka-suka, lelah-telah
b. Rima tidak sempurna, yakni apabila hanya bunyinya saja yang sama.
Contoh: beri-beli
c. Asonansi, yakni perulangan bunyi vokal dalam satu suku kata yang terletak di akhir sebuah kata.
Contoh: tabu-ragu, diri-semi
d. Aliterasi, yakni persamaan bunyi konsonan pada setiap awal kata
Contoh: sunyi sepi sendiri
e. Disonansi, yakni apabila konsonan-konsonan yang membentuk kata itu sama, namun vokalnya berbeda atau memiliki kombinasi vokal sehingga memberi kesan bertentangan.
Contoh: giling-gulung, jinjing-junjung
f. Rima mutlak, yakni apabila seluruh bunyi kata tersebut sama
Contoh: Ingin kamu, mau kamu, hanya kamu, tentu kamu
g. Rima terbuka, yakni apabila suku kata di akhir baris itu sama
Contoh: sendiri-mencari
h. Rima tertutup, yakni apabila berakhir dengan konsonan yang sama
Contoh: melayang-sayang

2) Rima menurut letaknya dalam baris puisi, terdiri atas:
a. Rima depan, yaitu apabila kata pada awal baris itu sama
b. Rima tengah, yaitu apabila perulangan kata terletak pada tengah baris
c. Rima akhir, yaitu apabila perulangan kata terletak pada akhir baris
d. Rima tegak, yaitu apabila kata pada akhir baris sama dengan kata pada awal baris berikutnya
e. Rima datar, yaitu apabila perulangan bunyi terdapat dalam satu baris

3) Rima menurut letaknya dalam bait puisi, terdiri atas:
a. Rima silang (a b a b), yaitu apabila baris pertama berirama dengan baris ketiga, dan baris kedua berirama dengan baris keempat.
b. Rima berpeluk (a b b a), yaitu bila baris pertama berirama dengan baris keempat, dan baris kedua berirama dengan baris ketiga.
c. Rima rangkai (a a a a), yaitu bila seluruh akhir baris memiliki rima yang sama.
d. Rima kembar, yaitu bila baris pertama berirama dengan baris kedua dan baris ketiga berirama dengan baris keempat (berpasangan)
e. Rima patah, yaitu apabila salah satu baris tidak memiliki rima yang sama dengan baris-baris yang lainnya.

5. Tipografi atau bentuk puisi (tata perwajahan puisi)
Tipografi tersebut merupakan pembeda dari bentuk karya sastra lain. Baris-baris pada puisi tidak dibentuk menjadi paragraf, tertapi dibentuk menjadi bait-bait.
B. Struktur Batin Puisi
Struktur batin puisi terdiri atas:
1. Tema
Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan penulis atau penyair melalui puisinya. Tema puisi umumnya mengungkapkan persoalan manusia, seperti cinta kasih, ketakutan, kebahagiaan, kedukaan, kesengsaraan hidup, keadilan, kebenaran, dan sebagainya.

2. Nada
Nada yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada berkaitan dengan suasana, karena nada puisi dapat menimbulkan suasana terhadap pembacanya. Misalnya, nada riang diciptakan penyair untuk menimbulkan suasana suka atau gembira bagi pembacanya.

3. Perasaan
Perasaan adalah sikap penyair terhadap objek yang ada dalam puisinya.

4. Citraan
Citraan adalah gambaran indrawi ataupun gambaran sesuatu yang konkret tentang hal yang ingin disampaikan dalam puisi.
Citraan terdiri atas:
a. Citraan penglihatan, yaitu citraan yang ditimbulkan oleh indra penglihatan
Contoh: merah, tampan, cemberut
b. Citraan pendengaran, yaitu citraan yang ditimbulkan oleh indra pendengaran
Contoh: merdu, berisik
c. Citraan penciuman, yaitu citraan yang ditimbulkan oleh indra penciuman
Contoh: harum, bau semerbak
d. Citraan pengecap, yaitu citraan yang ditimbulkan oleh indra pengecap (lidah)
Contoh: manis, asam, asin
e. Citraan perabaan, yaitu citraan yang ditimbulkan oleh indra peraba (kulit)
Contoh: halus, kasar
f. Citraan gerak, yaitu citraan yang menggambarkan sesuatu yang sedang bergerak
Contoh: berjalan, merangkak
g. Citraan perasaan, yaitu citraan yang menggambarkan sesuatu yang dirasakan
Contoh: sedih, senang, bahagia

5. Amanat
Amanat merupakan pesan yang hendak disampaikan penyair. Amanat dapat diketahui setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi yang kita baca.

6. Makna
Makna dalam puisi berkaitan dengan kata-kata konotatif yang digunakan dalam puisi sehingga memerlukan perhatian tertentu.
Contoh:
Dengan bermandi airmata
Kuminta ampunan-Mu
Alangkah jauh jalan yang harus kutempuh
Sebelum sempat di hadirat-Mu
Bersimpuh
Jalur-jalur masa lalu
Menjadi cermin masa kini
Alangkah banyaknya bisa
Untuk mengecap setitik madu.
(Sajak-sajak Anak Matahari, Ajip Rosidi)

Kata ‘bermandi airmata’ pada puisi di atas sepertinya sama dengan menangis, padahal kedua kata itu berbeda sama sekali. Bermandi airmata terasa lebih kuat daripada menangis, dan kata itu juga lebih dapat menimbulkan gambaran yang lebih nyata dan konkrit.

Puisi Bebas
Puisi bebas dapat pula disebut sebagai puisi modern. Puisi bebas atau modern ini merupakan puisi yang mengutamakan makna atau isi daripada struktur atau bentuk puisi. Oleh sebab itu, rima pada puisi bebas tidak sama pada tiap barisnya (rima a-b-c-d).  Puisi bebas ini dapat pula diinspirasi oleh benda-benda yang ada, misalnya pohon. Untuk menggambarkan meja, dapat dibentuk puisi berbentuk pohon.

Dalam puisi bebas, penyair seakan terbebas dari aturan-aturan yang umumnya ada di dalam sebuah puisi. Periode puisi ini dimulai sejak tahun 1970-an hingga saat ini.

Contoh puisi bebas:
1. Teka-teki
Saya ada dalam puisi
Saya ada dalam cerpen
Saya ada dalam novel
Saya ada dalam roman
Saya ada dalam kritik
Saya ada dalam W.C.
Siapa saya?
Jawab h.b. jassin

(Mahwan, Aktuil, no. 192, 1975)

Protected by Copyscape Unique Content Check




Theme images by nicolecioe. Powered by Blogger.
Dear lovely readers, I am so sorry that you can not copy and then paste what I posted in this blog. I hope you understand about it, for all the hard work I put in writing those postings. But if you really need some contents of what I've posted, you can contact me then via 'Contact Me' 's menu. Thank you for your sincere understanding. Happy reading and learning! :)