gambar dari SINI
Makna adalah maksud yang terkandung pada suatu kata, kalimat, ataupun suatu
perkataan. Makna merupakan gambaran atau pengetahuan mengenai sesuatu di dalam
pikiran.
Ragam makna terdiri atas dua, yakni:
1. Makna Leksikal, dan
2. Makna Struktural.
Makna leksikal ini
terdiri atas makna langsung (makna umum,
dan makna khusus), serta makna
kiasan (makna konotatif, makna afektif, makna stilistik, makna replektif, makna
kolokatif, makna idiomatis).
Makna struktural ini
terdiri atas makna gramatikal, dan makna
tematis.
1. MAKNA LEKSIKAL
Makna leksikal adalah makna unsur bahasa sebagai lambang, benda, peristiwa,
serta objek.
Makna leksikal ini terdiri atas
dua bagian, yakni makna langsung dan makna kiasan.
a. Makna Langsung
Makna langsung ialah makna kata yang didasarkan atas penunjukkan yang
langsung (lugas). Makna langsung ini juga disebut makna denotatif.
Contoh:
Kumpulan = rombongan = gerombolan
Karyawan = pegawai = pekerja
Makna langsung ini terdiri atas
makna umum, dan makna khusus:
- Makna umum : makna yang
mengandung arti yang umum atau luas.
Contoh:
Ia pergi ke sekolah.
Ia sekolah lagi ke Singapura.
Jadi, kata sekolah dapat bermakna gedung
atau tempat belajar, namun juga dapat berarti jenjang pendidikan.
- Makna khusus : makna yang mengandung
arti yang khusus atau sempit.
Contoh:
Kata ahli bermakna ‘orang yang
mahir atau pandai dalam segala ilmu pengetahuan’.
Tetapi, pada kalimat Prof. Dennis adalah ahli sastra, kata ahli menjadi memiliki arti yang sempit,
demikian pula ahli sastra Indonesia,
menjadi memiliki arti yang lebih sempit.
b. Makna Kiasan
Makna kiasan adalah makna kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran
yang timbul pada penyapa dan pesapa.
Makna kiasan ini terdiri atas
makna konotatif, makna afektif, makna stilistik, makna replektif, makna
kolokatif, makna idiomatis.
- Makna konotatif
Makna konotatif adalah pemakaian makna yang tidak sebenarnya.
Contohnya, kata bunga selain
bermakna denotatif ‘bagian tumbuhan bakal buah’ juga dapat bermakna konotatif,
demikian pula buaya termasuk binatang
amfibi dalam makna denotatif, namun berbeda artinya dengan makna konotatif,
seperti contoh berikut:
Dialah bunga idamanku seorang.
(=kekasih)
Dasar buaya, ia telah
memperdayaiku. (=penipu)
Makna konotatif terdiri atas tiga
macam, yakni:
(1) Konotasi baik,
contohnya: bandar (untuk menyebut pelabuhan), bianglala (untuk menyebut
pelangi)
(2) Konotasi buruk,
contohnya: beranak (untuk menyebut bersalin), udik (untuk menyebut orang desa),
kacung (untuk menyebut pembantu).
(3) Konotasi netral,
contohnya: papa (untuk menyebut ayah), mama (untuk menyebut ibu).
- Makna afektif
Makna afektif adalah makna yang muncul terkait dengan penggunaan bahasa,
dan direaksikan dengan perasaan.
Contoh:
Datanglah ke gubuk kami.
(padahal rumah si penyapa itu sangat besar, maka si pesapa bereaksi dengan
perasaan kagum, karena merasa bahwa si penyapa sangat sederhana dan tidak
sombong).
- Makna stilistik
Makna stilistik ialah makna yang terkandung dalam gaya bahasa.
Makna stilistik terdiri atas
perbandingan (contoh: Ibarat
menelan duri), pertentangan
(contoh: Aduh, bersihnya kamar ini,
sobekan kertas bertebaran di mana-mana), pertautan (contoh: Ayah
membeli Honda dengan harga tujuh belas juta rupiah), perulangan (contoh: Selamat
datang pahlawanku, selamat datang kasihku, selamat datang pujaanku, selamat
datang bunga bangsaku!).
- Makna replektif
Makna replektif adalah makna yang mengacu pada hal-hal yang bersifat
sakral, tabu, atau tata krama. Makna
replektif yang berkaitan dengan sakral dan tabu disebut makna piktorial
(contoh: kurang pandai disebut untuk
menggantikan kata bodoh), sedangkan makna replektif yang berkaitan dengan tata
krama disebut makna gereplektif (contoh: kata ikat pinggang Sulaiman digunakan untuk menggantikan kata ular.)
- Makna kolokatif
Makna kolokatif adalah makna yang menyatakan seluruh kemungkinan adanya
beberapa kata dalam lingkungan yang sama. Contohnya garam, lada, cabe,
lengkuas, berkolokasi dengan bumbu masak.
- Makna idiomatis
Idiom atau ungkapan adalah konstruksi bahasa yang maknanya tidak sama
dengan gabungan makna unsurnya. Makna idiomatis adalah makna yang terdapat
dalam idiom.
Contoh:
Dalam peristiwa perampokan itu, para hansip menjadi kambing hitam, padahal mereka tidak bersalah.
Makna kambing hitam dalam kalimat
tersebut adalah orang yang dituduh.
Adapun makna ini tidak dapat berarti sama dengan kambing yang berwarna hitam.
2. MAKNA STRUKTURAL
Makna struktural adalah makna kata-kata dalam suatu kalimat. Makna struktural terbagi atas:
- Makna gramatikal
Makna gramatikal adalah makna yang muncul karena fungsi kata dalam kalimat.
Contoh:
Kata terlihat dibentuk dari
imbuhan awalan ter- + kata dasar
‘lihat’, dan berarti ‘dapat dilihat’.
- Makna tematis
Makna tematis adalah makna yang muncul dari penekanan pembacaan pada kalimat.
Contoh:
Kiki anaknya dokter Yasmin lulus kemarin.
Kalimat tersebut memiliki berbagai makna akibat penekanan pembacaan, yakni:
(1) kiki anaknya dokter Yasmin/lulus kemarin.
(2) Kiki/anaknya dokter Yasmin/lulus kemarin.
(3) Kiki/anaknya/dokter Yasmin/lulus kemarin.
(4) Kiki/anaknya/dokter/Yasmin/lulus kemarin.
(5) Kiki/anaknya dokter/Yasmin/lulus kemarin.
--------------------------------
DALAM MAKNA, terdapat HUBUNGAN MAKNA.
Hubungan makna ini terdiri atas:
1. Sinonim
Sinonim adalah bentuk hubungan makna dua kata atau lebih yang memiliki
kesamaan atau kemiripan makna.
Contoh:
Sudah = telah, cinta = kasih, cantik = jelita, sebab = karena.
2. Antonim
Antonim adalah bentuk hubungan makna dua kata atau lebih yang berlawanan
maknanya. Antonim dibedakan menjadi:
a) Antonim mutlak
Contoh = besar-kecil, hidup-mati, tanya-jawab, atas-bawah
b) Antonim kembar
Contoh = putra-putri, siswa-siswi
c) Antonim gradual
Contoh = besar-kecil, luas-sempit, panjang-pendek
d) Antonim relasional
Contoh : bapak-anak, guru-siswa, suami-istri
e) Antonim hierarki
Contoh: presiden-menteri
3. Homonim
Homonim adalah bentuk hubungan makna dua kata atau lebih yang memiliki
tulisan atau lafal yang sama, tetapi maknanya berbeda.
Contoh:
Bisa (dapat) – bisa (racun)
Beruang (hewan) – beruang (memiliki uang)
Kopi (minuman) – kopi (salinan)
Kali (pernyataan kekerapan tindakan) – kali (sungai)
4. Homofon
Homofon adalah bentuk hubungan makna dua kata atau lebih yang memiliki
tulisan dan makna yang berbeda, tetapi lafalnya sama.
Contoh :
Bank (tempat penyimpanan uang) – bang (sebutan laki-laki)
Massa (berat) – masa (waktu, kala)
Sangsi (tidak percaya, ragu) – sanksi (hukuman)
5. Homograf
Homograf adalah bentuk hubungan makna dua kata atau lebih yang memiliki
makna dan lafal yang berbeda, tetapi tulisannya sama.
Contoh:
Apel (buah) – apel (upacara)
Seri (rangkaian yang berturut-turut) – seri (seimbang)
Serang (kota) – serang (menyerbu)
6. Polisemi
Polisemi : bentuk hubungan makna satu dua kata yang terbentuk dari satu
kata yang dapat memiliki banyak arti.
Contoh: Kata ‘bunga’ dapat berpolisemi seperti berikut:
Bunga bank (laba tabungan)
Bunga desa (gadis pujaan di desa)
Bunga angin (angin sepoi-sepoi yang muncul sebelum angin ribut)
Bunga bibir (kata-kata manis)
Bunga hati (kekasih)
Bunga kehidupan (kesenangan hidup)
Bunga rampai (kumpulan cerita)
7. Hipernim
Hipernim adalah bentuk hubungan makna yang cakupan katanya lebih luas.
(makna atasan)
Contoh : warna.
8. Hiponim
Hiponim adalah bentuk hubungan makna yang cakupan katanya lebih sempit.
(makna bawahan)
Contoh: hijau, ungu, cokelat, biru, merah.
----------------
Dalam MAKNA, juga terdapat PERUBAHAN
MAKNA. Adapun perubahan makna, yakni:
1. Generalisasi
Generalisasi adalah makna yang meluas, bentuk perubahan makna dari yang
lebih sempit ke makna yang lebih luas.
Contoh:
- Kata ‘kakak’
Makna lama : saudara kandung yang lebih tua.
Makna baru : orang yang lebih tua, yang umurnya tidak terlalu berbeda jauh.
- Kata ‘berlayar’
Makna lama : menggunakan kapal layar.
Makna baru : menggunakan kapal apa saja, termasuk menggunakan perahu.
2. Spesialisasi
Spesialisasi adalah makna menyempit, merupakan bentuk perubahan makna dari
yang luas ke makna sempit.
Contoh:
- Kata ‘sarjana’
Makna lama : orang jenius, cendekiawan
Makna baru : lulusan S1 perguruan tinggi
- Kata ‘madrasah’
Makna lama : sekolah
Makna baru : sekolah agama Islam
3. Ameliorasi
Ameliorasi adalah makna yang naik atau membaik, yakni bentuk perubahan
makna yang cakupan makna sekarang dirasakan lebih baik, lebih halus, lebih
tinggi nilainya daripada makna lama.
Contoh:
- Makna lama : tuli, sedangkan makna barunya : tunarungu. Makna ‘tunarungu’
mengalami ameliorasi.
4. Peyorasi
Peyorasi adalah makna yang menurun atau memburuk, yakni perubahan bentuk
makna yang cakupan makna sekarang dirasakan lebih rendah, kurang menyenangkan,
dan kurang baik nilainya daripada makna lama.
Contoh:
- Makna ‘bini’ itu kurang menyenangkan daripada makna ‘istri’. Makna ‘bini’
mengalami peyorasi.
5. Sinestesia
Sinestesia merupakan bentuk perubahan makna akibat pertukaran tanggapan dua
indera yang berbeda.
Contoh:
- Rupanya manis sekali (penglihatan dan pengecapan)
- Sambutannya hangat (penglihatan
dan peraba)
6. Asosiasi
Asosiasi merupakan bentuk perubahan makna yang terjadi akibat persamaan
sifat antara makna sekarang daripada makna lama.
Contoh:
- Kata ‘amplop’ dapat berarti ‘pembungkus surat’ atau ‘uang sogokan.
- Kata
‘semir’ dapat berarti ‘pembersih sepatu’ atau ‘uang pelicin’.