gambar dari SINI
Puisi merupakan
karya sastra yang dipakai oleh penulisnya atau penyair untuk mengungkapkan
pikiran dan perasaannya berdasarkan pengalaman dan bersifat imajinatif.
Menurut Marjorie
Boulton, puisi mempunyai dua struktur, yaitu struktur lahir atau struktur fisik
dan struktur batin.
A. Struktur Lahir atau Struktur Fisik
Puisi
Struktur fisik puisi terdiri atas:
1. Diksi
(pilihan kata)
Untuk menyatakan perasaan dalam puisi, penulis dapat
melambangkan suatu kata dengan kata lain yang memiliki makna sama atau mirip
dengan hal yang dimaksud. Contohnya, untuk menyatakan kesedihan, dapat
digunakan kata ‘gelap’, ‘mendung’, ‘muram’.
2. Majas (gaya
bahasa)
Majas atau gaya bahasa mempunyai pengaruh kuat dalam menghasilkan
imajinasi tambahan dalam puisi. Contohnya untuk memberi kesan hidup, penulis
dapat menggunakan majas personifikasi.
Contoh:
Di beranda ini angin tak kedengaran lagi
Langit terlepas,
ruang menunggu malam hari
Kau berkata:
pergilah sebelum malam tiba
Kudengar angin berdesah ke arah kita
(Goenawan Mohamad, “Di Beranda Angin Tak Kedengaran
Lagi”)
3. Irama
Irama adalah keteraturan bunyi yang terdapat dalam puisi.
Irama dibentuk oleh pergantian tekanan panjang pendek, kuat lemah, dan tinggi
rendahnya bunyi.
4. Rima
Rima merupakan persamaan bunyi akhir tiap-tiap baris
puisi untuk membentuk musikalisasi puisi. Rima juga digunakan untuk menambah
keindahan puisi.
Ragam rima ada
tiga macam, yakni:
1) Rima menurut
bunyinya, terdiri atas:
a. Rima sempurna, yakni
apabila seluruh suku kata akhir sama bunyinya (yang berbeda adalah huruf
depannya)
Contoh: luka-suka, lelah-telah
b. Rima tidak
sempurna, yakni apabila hanya bunyinya saja yang sama.
Contoh: beri-beli
c. Asonansi, yakni
perulangan bunyi vokal dalam satu suku kata yang terletak di akhir sebuah kata.
Contoh: tabu-ragu, diri-semi
d. Aliterasi, yakni
persamaan bunyi konsonan pada setiap awal kata
Contoh: sunyi sepi sendiri
e. Disonansi, yakni
apabila konsonan-konsonan yang membentuk kata itu sama, namun vokalnya berbeda
atau memiliki kombinasi vokal sehingga memberi kesan bertentangan.
Contoh: giling-gulung, jinjing-junjung
f. Rima mutlak, yakni
apabila seluruh bunyi kata tersebut sama
Contoh: Ingin kamu, mau kamu, hanya kamu, tentu kamu
g. Rima terbuka, yakni
apabila suku kata di akhir baris itu sama
Contoh: sendiri-mencari
h. Rima tertutup, yakni
apabila berakhir dengan konsonan yang sama
Contoh: melayang-sayang
2) Rima menurut
letaknya dalam baris puisi, terdiri atas:
a. Rima depan, yaitu
apabila kata pada awal baris itu sama
b. Rima tengah, yaitu
apabila perulangan kata terletak pada tengah baris
c. Rima akhir, yaitu
apabila perulangan kata terletak pada akhir baris
d. Rima tegak, yaitu
apabila kata pada akhir baris sama dengan kata pada awal baris berikutnya
e. Rima datar, yaitu
apabila perulangan bunyi terdapat dalam satu baris
3) Rima menurut
letaknya dalam bait puisi, terdiri atas:
a. Rima silang
(a b a b), yaitu apabila baris pertama berirama dengan baris
ketiga, dan baris kedua berirama dengan baris keempat.
b. Rima berpeluk
(a b b a), yaitu bila baris pertama berirama dengan baris keempat,
dan baris kedua berirama dengan baris ketiga.
c. Rima rangkai
(a a a a), yaitu bila seluruh akhir baris memiliki rima yang sama.
d. Rima kembar, yaitu
bila baris pertama berirama dengan baris kedua dan baris ketiga berirama dengan
baris keempat (berpasangan)
e. Rima patah, yaitu
apabila salah satu baris tidak memiliki rima yang sama dengan baris-baris yang
lainnya.
5. Tipografi
atau bentuk puisi (tata perwajahan puisi)
Tipografi tersebut merupakan pembeda dari bentuk karya
sastra lain. Baris-baris pada puisi tidak dibentuk menjadi paragraf, tertapi
dibentuk menjadi bait-bait.
B. Struktur
Batin Puisi
Struktur batin
puisi terdiri atas:
1. Tema
Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan penulis atau
penyair melalui puisinya. Tema puisi umumnya mengungkapkan persoalan manusia,
seperti cinta kasih, ketakutan, kebahagiaan, kedukaan, kesengsaraan hidup,
keadilan, kebenaran, dan sebagainya.
2. Nada
Nada yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada
berkaitan dengan suasana, karena nada puisi dapat menimbulkan suasana terhadap
pembacanya. Misalnya, nada riang diciptakan penyair untuk menimbulkan suasana
suka atau gembira bagi pembacanya.
3. Perasaan
Perasaan adalah sikap penyair terhadap objek yang ada
dalam puisinya.
4. Citraan
Citraan adalah gambaran indrawi ataupun gambaran sesuatu
yang konkret tentang hal yang ingin disampaikan dalam puisi.
Citraan terdiri
atas:
a. Citraan
penglihatan, yaitu citraan yang ditimbulkan oleh indra penglihatan
Contoh: merah, tampan, cemberut
b. Citraan
pendengaran, yaitu citraan yang ditimbulkan oleh indra pendengaran
Contoh: merdu, berisik
c. Citraan
penciuman, yaitu citraan yang ditimbulkan oleh indra penciuman
Contoh: harum, bau semerbak
d. Citraan
pengecap, yaitu citraan yang ditimbulkan oleh indra pengecap
(lidah)
Contoh: manis, asam, asin
e. Citraan
perabaan, yaitu citraan yang ditimbulkan oleh indra peraba
(kulit)
Contoh: halus, kasar
f. Citraan gerak, yaitu
citraan yang menggambarkan sesuatu yang sedang bergerak
Contoh: berjalan, merangkak
g. Citraan
perasaan, yaitu citraan yang menggambarkan sesuatu yang dirasakan
Contoh: sedih, senang, bahagia
5. Amanat
Amanat merupakan pesan yang hendak disampaikan penyair.
Amanat dapat diketahui setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi yang
kita baca.
6. Makna
Makna dalam puisi berkaitan dengan kata-kata konotatif
yang digunakan dalam puisi sehingga memerlukan perhatian tertentu.
Contoh:
Dengan bermandi
airmata
Kuminta ampunan-Mu
Alangkah jauh
jalan yang harus kutempuh
Sebelum sempat
di hadirat-Mu
Bersimpuh
Jalur-jalur masa
lalu
Menjadi cermin
masa kini
Alangkah
banyaknya bisa
Untuk mengecap
setitik madu.
(Sajak-sajak Anak Matahari, Ajip Rosidi)
Kata ‘bermandi airmata’ pada puisi di atas sepertinya
sama dengan menangis, padahal kedua
kata itu berbeda sama sekali. Bermandi
airmata terasa lebih kuat daripada menangis,
dan kata itu juga lebih dapat menimbulkan gambaran yang lebih nyata dan
konkrit.
Puisi Bebas
Puisi bebas dapat pula
disebut sebagai puisi modern. Puisi bebas atau modern ini
merupakan puisi yang mengutamakan makna atau isi daripada struktur atau bentuk
puisi. Oleh sebab itu, rima pada puisi bebas tidak sama pada tiap barisnya
(rima a-b-c-d). Puisi bebas ini dapat pula
diinspirasi oleh benda-benda yang ada, misalnya pohon. Untuk menggambarkan
meja, dapat dibentuk puisi berbentuk pohon.
Dalam puisi bebas, penyair seakan terbebas dari
aturan-aturan yang umumnya ada di dalam sebuah puisi. Periode puisi ini dimulai
sejak tahun 1970-an hingga saat ini.
Contoh puisi bebas:
1. Teka-teki
Saya ada dalam puisi
Saya ada dalam cerpen
Saya ada dalam novel
Saya ada dalam roman
Saya ada dalam kritik
Saya ada dalam W.C.
Siapa saya?
Jawab h.b. jassin
(Sumber Puisi : Mahwan, Aktuil, no. 192, 1975)