Search

Content

Wednesday, December 19, 2012

Kalimat. 1

 
Picture from HERE 


I.  PENGERTIAN KALIMAT

Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). kalau tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat, pernyataan itu bukanlah kalimat. Dengan kata  yang seperti itu hanya dapat disebut sebagai frasa. Inilah yang membedakan kalimat dengan frasa.
  
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).




II. POLA KALIMAT DASAR

Setelah membicarakan beberapa unsur yang membentuk sebuah kalimat yang benar, kita telah  dapat menentukan  pola  kalimat  dasar  itu  sendiri.  Berdasarkan  penelitian  para  ahli,  pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
 
1.  KB + KK                            :  Siswa berdiskusi.

2.  KB + KS                             :  Guru itu ramah.

3.  KB + KBil                           :  Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.

4.  KB + (KD + KB)                :  Rumahnya di Palembang.

5.  KB1  + KK + KB2                                :  Mereka menonton film.

6.  KB1  + KK + KB2  + KB3         :  Paman mencarikan saya pekerjaan.

7.  KB1  + KB2                                                    :  Rustam peneliti.



Ketujuh pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.





III. JENIS KALIMAT MENURUT STRUKTUR GRAMATIKALNYA

Menurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan dapat pula berupa kalimat   mejemuk.  Kalimat  majemuk  dapat  bersifat  setara  (koordinatif0, tidak  setara (subordinatif), ataupun campuran (koordiatif-subordinatif). Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam kalimat tunggal; gagasan yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk.


A.  Kalimat Tunggal


Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakikatnya, kalau dilihat dari unsur-unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam bahasa Indonesia dapat dikembalikan kepada kalimat-kalimat dasar yang  sederhana. Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana itu terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Sehubungan dengan itu, kalimat-kalimat yang panjang itu dapat pula ditelusuri pola-pola pembentukannya.





Kalimat tunggal dapat diperluas.

Perluasan kalimat itu, antara lain, terdiri atas:

1.   keterangan    tempat,   seperti    di   sini, dalam  ruangan      tertutup,      lewat Yogyakarta,   dalam   republik   itu,   dan sekeliling kota; 
2.   keterangan waktu, seperti setiap hari, pada  pukul    19.00,    tahun    depan, kemarin sore, dan minggu kedua bulan ini; 
3.   keterangan alat seperti dengan linggis, dengan   undang-undang   itu,   dengan sendok dan  garpu, dengan wesel pos, dan dengan cek; 
4.   keterangan  modalitas,   seperti  harus, barangkali, seyogianya, sesungguhnya, dan sepatutnya; 
5.  keterangan  cara,  seperti  dengan  hati- hati, seenaknya saja, selakas mungkin, dan dengan tergesa-gesa; 
6.   keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah. 
7.   keterangan      tujuan,      seperti      agar bahagia, supaya tertib, untuk anaknya, dan bagi kita; 
8.   keterangan sebab, seperti karena tekun, sebab berkuasa, dan lantaran panik; 
9. keterangan pewatas yang, seperti siswa yang nilainya 9 keatas, para atlet yang sudah menyelesaikan  latihan,  dan  pemimpin yang memperhatikan rakyatnya; 
10. keterangan   aposisi,  yaitu   keterangan yang sifatnya   saling    menggantikan, seperti                 penerima Kalpataru,         Abdul Rozak.


Perhatikan perbedaan keterangan alat dan keterangan cara berikut ini.



Dengan + kata benda = keterangan alat



Dengan + kata kerja/kata sifat = keterangan cara.





Contoh kemungkinan perluasan kalimat tercantum di bawah ini.



1.   Gubernur/memberikan/kelonggaran/kepada pedagang/.



2.   Gubernur DKI Jakarta/memberikan/kelonggaran/kepada pedagang/.





B.  Kalimat Majemuk Setara

Kalimat majemuk setara terjadi dari dua kalimat tunggal atau lebi. Kalimat majemuk setara dikelompokkan menjadi empat jenis, sebagai berikut.
1.   Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata dan atau serta jika kedua kalimat tunggal atau lebih itu sejalan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara penjumlahan. Contoh:

Kami membaca.



Mereka menulis.



Kami membaca dan mereka menulis.



Tanda koma dapat digunakan jika kalimat yang digabungkan itu lebih dari dua kalimat tunggal. Contoh:

Direktur tenang. Karyawan duduk teratur. Para nasabah antre.

Direktur tenang, karyawan duduk teratur, dan para nasabah antre.



2.   Kedua kaltunggal yang berbentuk kalimat setara itu dapat dihubungkan oleh kata tetapi jika kalimat   itu   menunjukkan                          pertentangan,   dan   hasilnya    disebut   kalimat   majemuk  setara pertentangan.

Contoh:



Amerika dan Jepang tergolong negara maju.



Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong negara berkembang.



Amerika  dan  Jepang  tergolong  negara maju,  tetapi  Indonesia  dan  Brunei Darussalam tergolong negara berkembang.




Kata-kata penghubung lain yang dapat digunakan dalam menghubungkan dua kalimat tunggal dalam  kalimat  majemuk  setara  pertentangan  ialah  kata  sedangkan  dan  melainkan  seperti kalimat berikut.


Puspiptek terletak di Serpong, sedangkan Museum Iptek terletak di Taman Mini.







3.   Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian jika kejadian yang dikemukakannya berurutan.

Contoh:



Mula-mula disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat remaja, kemudian disebutkan nama- nama juara MTQ tingkat dewasa.



4.   Dua  kalimat  tunggal  atau  lebih  dapat  pula dihubungkan  oleh  kata  atau  jika  kalimat  itu menunjukkan pemilihan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pemilihan.

Contoh:



Para pemilik televisi membayar iuran televisinya di kantor pos yang terdekat, atau para petugas menagihnya ke rumah pemilik televisi langsung.







C.  Kalimat Majemuk Tak Setara


Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang  bebas dan satu suku kalimat atau  lebih  yang tidak bebas. Jalinan kalimat ini menggambarkan taraf kepentingan yang berbeda-beda di antara unsur  gagasan yang majemuk. Inti gagasan dituangkan ke dalam induk kalimat, sedangkan pertaliannya dari sudut  pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat, dan sebagainya dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam anak kalimat.


Contoh:



1.  a. Komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern. (tunggal)



b.  Mereka masih dapat mengacaukan data-data komputer. (tunggal)



c.  Walaupun   komputer  itu  dilengkapi  dengan  alat-alat  modern,  mereka  masih  dapat mengacaukan data-data komputer itu.

2.              a. Para pemain sudah lelah



b.  Para pemain boleh beristirahat.



c.  Karena para pemain sudah lelah, para pemain boleh beristirahat.



d.  Karena sudah lelah, para pemain boleh beristirahat.





Sudah dikatakan di atas bahwa kalimat majemuk tak setara terbagi dalam bentuk anak kalimat dan induk kalimat.  Induk kalimat ialah inti gagasan, sedangkan anak kalimat ialah pertalian gagasan dengan hal-hal lain.



Mari kita perhatikan kalimat di bawah ini.



Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas, saya akan membawamu ke sauna.



Anak kalimat:



Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas.



Induk kalimat:



Saya akan membawamu ke sauna.



Penanda anak kalimat ialah kata walaupun, meskipun, sungguhpun, karena, apabila, jika, kalau, sebab,  agar,   supaya,  ketika,  sehingga,  setelah,  sesudah,  sebelum,  kendatipun,  bahwa,  dan sebagainya.






D. Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk taksetara (bertingkat) dan kalimat majemuk setara, atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk tak setara (bertingkat).


Misal:
1.  Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.

2.  Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.



Penjelasan

Kalimat pertama terdiri atas induk kalimat yang berupa kalimat majemuk setara, kami pulang, tetapi  mereka  masih  bekerja,  dan  anak  kalimat  karena  tugasnya  belum  selesai.  Jadi,  susunan kalimat kedua adalah setara + bertingkat.





IV. JENIS KALIMAT MENURUT FUNGSINYA
 

Menurut  fungsinya,  jenis  kalimat  dapat  dirinci  menjadi  kalimat  pernyataan,  kalimat pertanyaan, kalimat perintah, dan kalimat seruan. Semua jeis kalimat itu dapat disajikan dalam bentuk  positif  dan negatif.  Dalam  bahasa  lisan,  intonasi  yang  khas  menjelaskan  kapan  kita berhadapan  dengan  salah satu  jenis  itu.  Dalam  bahasa  tulisan,  perbedaannya  dijelaskan  oleh bermacam-macam tanda baca.


A.  Kalimat Pernyataan (Deklaratif)

Kalimat pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik).

Misal:

Positif

1.  Presiden Obama mengadakan kunjungan ke luar negeri.

2.  Indonesia menggunakan sistem anggaran yang berimbang.






Negatif



1.  Tidak semua bank memperoleh kredit lunak.
2.  Dalam    pameran    tersebut    para    pengunjung    tidak    mendapat informasi yang memuaskan tentang bisnis komdominium di kota- kota besar.






 B.  Kalimat Pertanyaan (Interogatif)

Kalimat pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi (jawaban) yang  diharapkan.  (Biasanya,  intonasi  menurun;  tanda  baca  tanda  tanya).  Pertanyaan  sering menggunakan kata tanya seperti bagaimana, di mana, mengapa, berapa, dan kapan.


Misal:

Positif



1.  Kapan Saudara berangkat ke Singapura?


 Negatif :
1.  Mengapa  gedung  ini  dibangun  tidak  sesuai  dengan hal yang disepakati?








C.  Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)

Kalimat perintah dipakai jika penutur ingin menyuruh” atau melarang orang berbuat sesuatu. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda seru).
Misalnya:

Positif




1.  Mohon antarkan buku ini ke sekretaris!

2.  Tolong buatlah dahulu rencana pembiayaannya.



Negatif :

1.  Sebaiknya  kita  tidak  berpikiran  sempit  tentang  hak asasi manusia.
2.  Janganlah kita enggan mengeluarkan zakat kita jika sudah tergolong orang mampu.






D.  Kalimat Seruan

Kalimat seruan dipakai jika penutur ingin mengungkapkan perasaan yang kuat atau yang mendadak. (Biasanya, ditandai oleh menaiknya suara pada kalimat lisan dan dipakainya tanda seru atau tanda titik pada kalimat tulis).
Misal:

Positif






 

1.  Bukan main, cantiknya.



2.  Nah, ini dia yang kita tunggu.





Negatif



1.  Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.



2.  Wah, target Tontowi di Olimpiade tidak tercapai.


Protected by Copyscape Unique Content Check




Theme images by nicolecioe. Powered by Blogger.
Dear lovely readers, I am so sorry that you can not copy and then paste what I posted in this blog. I hope you understand about it, for all the hard work I put in writing those postings. But if you really need some contents of what I've posted, you can contact me then via 'Contact Me' 's menu. Thank you for your sincere understanding. Happy reading and learning! :)