gambar dari SINI
Berikut ini merupakan jenis-jenis kalimat:
A. Berdasarkan situasi dan waktu
pengucapannya, kalimat dibedakan menjadi:
1. Kalimat langsung
Kalimat langsung ialah kalimat yang diucapkan secara langsung kepada orang
yang dituju. Kalimat ini ditandai dengan pemakaian tanda petik (“).
Contoh:
Dani berkata, ”Rudy, aku ingin meminjam buku cerita milikmu!”
2. Kalimat tidak langsung
Kalimat tidak langsung ialah kalimat yang menceritakan kembali ucapan orang
lain.
Contoh:
Dani berkata bahwa ia ingin meminjam buku cerita milik Rudy.
Dani berkata bahwa ia ingin meminjam buku cerita milik Rudy.
B. Berdasarkan sisi pengiyaan dan
sisi penidakkan, kalimat dibedakan menjadi:
1. Kalimat positif
Kalimat positif ditandai dengan tidak adanya kata penyangkalan (bukan,
tidak, dsb.), dan dapat ditandai dengan kata aspek (telah, akan, sedang, dsb.).
Contoh:
Ari adalah anak yang rajin.
Ari telah pergi ke sekolah pagi ini.
2. Kalimat negatif
Kalimat negatif ini ditandai dengan adanya kata penidakkan atau
penyangkalan (bukan, tidak, dsb.).
Contoh:
Ari adalah anak yang tidak rajin.
Ari tidak pergi ke sekolah pagi ini.
C. Berdasarkan intonasi dan segi
makna, kalimat dibedakan menjadi:
1. Kalimat berita (deklaratif)
Kalimat berita ialah kalimat yang isinya bertujuan menyampaikan suatu hal
atau informasi.
Ciri-ciri kalimat berita: berakhir dengan tanda titik atau berintonasi
netral, memberitahukan sesuatu kepada pendengar atau pembaca, tidak adanya
tanggapan pendengar atau pembaca.
Kalimat berita dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu:
(i). Kalimat berita positif
Contoh:
Mutya sudah pulang sejak sore tadi.
(ii). Kalimat berita negatif
Contoh:
Mutya tidak jadi pulang sore tadi.
2. Kalimat perintah (imperatif)
Kalimat perintah ialah kalimat yang berisi perintah untuk melakukan
sesuatu.
Berikut ini merupakan jenis-jenis kalimat
perintah:
- Kalimat perintah halus.
Contoh:
Tolong bawa motor ini ke bengkel.
- Kalimat perintah langsung.
Contoh:
Pergilah kau ke tempat les sekarang juga!
- Kalimat perintah larangan
langsung.
Contoh:
Jangan ke dapur sekarang!
- Kalimat perintah larangan
halus.
Contoh:
Terima kasih karena Bapak tidak merokok!
- Kalimat perintah permintaan.
Contoh:
Mohon Engkau terima cincin ini!
- Kalimat perintah pembiaran.
Contoh:
Biarlah dia membaca majalah itu.
3. Kalimat tanya (interogatif)
Kalimat tanya ialah kalimat yang isinya menanyakan sesuatu.
Ada dua macam kalimat tanya,
yakni:
a. Kalimat tanya total (kalimat
tanya yang jawabannya ‘ya’ atau ‘tidak’)
Contoh:
Apakah ini bajumu?
b. Kalimat tanya parsial (kalimat
tanya yang jawabannya ditentukan oleh kata tanyanya)
Jenis kalimat tanya parsial, yaitu:
- Menanyakan orang
Contoh:
Siapa pemilik rumah ini?
- Menanyakan benda
Contoh:
Apakah tas ini milik Anda?
- Menanyakan waktu
Contoh:
Kapan adikmu pulang dari Makassar?
- Menanyakan keadaan
Contoh:
Bagaimana keadaan kakakmu di asrama itu?
- Menanyakan sebab
Contoh:
Mengapa kamu tidak masuk sekolah?
- Menanyakan tempat asal
Contoh:
Dari mana asalmu?
- Menanyakan tempat tujuan
Contoh:
Ke mana Riri akan mengajakmu makan siang ini?
- Menanyakan tempat berada
Contoh:
Di mana ensiklopedia serangga milikmu?
4. Kalimat seru atau kalimat
eksklamatif
Kalimat seru adalah kalimat yang mengungkapkan perasaan kagum.
Contoh:
“Hasil baju rancanganmu sangat indah.” -> menjadi “Alangkah indahnya
baju hasil rancanganmu!”
5. Kalimat harapan
Kalimat harapan adalah kalimat yang menyatakan keinginan untuk memperoleh
sesuatu, umumnya ditandai dengan kata-kata: saya
berharap, mudah-mudahan, harapanku, dsb.
Contoh:
Saya berharap ia akan datang sore ini.
6. Kalimat permohonan
Kalimat permohonan adalah kalimat yang menyatakan keinginan untuk diberi
sesuatu oleh orang lain. Umumnya ditandai dengan kata-kata saya mohon, saya ingin, dsb.
Contoh:
Saya mohon agar Bapak mengizinkan saya menonton pertandingan sumo.
Saya mohon agar Bapak mengizinkan saya menonton pertandingan sumo.
7. Kalimat sapaan
Kalimat sapaan adalah kalimat yang fungsinya untuk menegur atau memanggil
nama orang. Kalimat sapaan ini ditandai dengan pemakaian kata ganti orang
kedua, atau bisa juga berupa kata ganti orang kedua yang dihubungkan dengan
kedudukannya (contoh: Bapak, Ibu, Tante).
Contoh:
Selamat pagi, Bu!
Selamat pagi, Bu!
8. Kalimat ajakan
Kalimat ajakan adalah kalimat yang menyatakan bujukan atau ajakan, umumnya
ditandai oleh kata ayo, yuk, mari,
dsb.
Contoh:
Ayo, kita pergi bersama!
Ayo, kita pergi bersama!
9. Kalimat anjuran
Kalimat anjuran adalah kalimat yang ditandai dengan kata supaya, sebaiknya, agar.
Contoh:
Sebaiknya kamu mencuci kaki sebelum tidur.
Sebaiknya kamu mencuci kaki sebelum tidur.
D. Berdasarkan subjeknya,
kalimat dibedakan menjadi:
1. Kalimat aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan perbuatan. Umumnya
ditandai dengan predikat berawal me- atau ber-.
Kalimat aktif ini dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu:
- Kalimat aktif transitif, yaitu
kalimat aktif yang predikatnya membutuhkan objek.
Contoh :
Rizka melihat ibunya.
- Kalimat aktif intransitif,
kalimat aktif yang predikatnya tidak membutuhkan objek.
Contoh :
Siska akan berangkat ke toko buku.
Dedi bermain.
*Catatan: Objek dan Pelengkap seyogianya dibedakan, karena keduanya
memiliki fungsi yang berbeda pula. Objek berfungsi sebagai sasaran perbuatan
subjek, sedangkan pelengkap berfungsi sebagai penerang bagi predikat.
2. Kalimat pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan. Umumnya
ditandai dengan predikat berawalan di-, ter-, ke-an.
Contoh:
Majalah itu dibeli oleh Sarimin.
E. Berdasarkan
jenis kata predikatnya, kalimat dibedakan menjadi:
1. Kalimat
verbal
Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya
berupa kata kerja.
Contoh:
Budi mengunci lemari.
2. Kalimat
nominal
Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya
selain kata kerja.
Contoh:
Pemuda itu ramah.
Ayahnya pelaut.
Adiknya lima.
F. Berdasarkan
jumlah klausanya, kalimat dibedakan menjadi:
1. Kalimat
tunggal
Adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa saja
atau kalimat yang hanya terdiri atas satu pola saja.
Contoh:
Rama akan datang.
2. Kalimat
majemuk
Adalah kalimat yang terdiri atas lebih dari satu
klausa atau kalimat yang terdiri atas lebih dari satu pola.
Kalimat majemuk
dapat dibedakan menjadi:
a. Kalimat
majemuk setara
Adalah gabungan dua klausa yang memiliki hubungan
setara atau sejajar.
Kalimat majemuk
setara ini dapat dibedakan menjadi:
(1) Setara
penambahan atau penggabungan
Contoh konjungtor yang digunakan adalah: dan, serta, baik... maupun..., kemudian,
lalu.
Contoh:
Kakak menanam bunga dan adik menyiraminya.
(2) Setara perlawanan
atau pertentangan
Konjungtor yang digunakan adalah: namun, sedangkan, tetapi, bukan...
melainkan, tidak... tetapi.....
Contoh:
Mita gemar menari, sedangkan Rita gemar menyanyi.
(3) Setara
pemilihan
Konjungtor yang digunakan adalah: atau
Contoh:
Kita tetap berdiri di sini atau pindah ke tempat
lain?
(4) Setara
penegasan
Konjungtor yang digunakan adalah: bahkan, apalagi, lagipula
Contoh:
Hari sudah larut lagipula langit amat mendung.
b. Kalimat
majemuk bertingkat
Adalah gabungan dua klausa atau lebih yang
hubungannya tidak sejajar. Salah satu klausa memiliki kedudukan sebagai klausa
inti atau induk, sementara klausa lain sebagai klausa anak atau klausa bawahan.
Berdasarkan
jenis klausa anak, kalimat majemuk bertingkat dapat dibedakan menjadi:
(1) Klausa anak
subjek
Contoh:
Pria yang bersepatu biru itu jujur.
-- Jadi, klausa anak dalam kalimat di atas adalah
‘Pria yang bersepatu biru itu’, dan klausa inti atau induknya adalah ‘jujur’.
(2) Klausa anak
predikat
Contoh:
Kakaknya orangnya lucu.
Klausa anak predikat dalam kalimat tersebut adalah
‘orangnya lucu’.
(3) Klausa anak
objek
Contoh:
Susi mengetahui bahwa Desi datang.
Klausa anak objek dalam kalimat tersebut ialah
‘bahwa Desi datang’.
(4) Klausa anak
keterangan
Contoh:
Alessandro sedang makan ketika adiknya menangis di
ruang tamu.
--Jadi, klausa anak keterangan dalam kalimat
tersebut adalah ‘adiknya menangis di ruang tamu’, sedangkan konjungtornya
adalah ‘ketika’ sebagai penanda keterangan waktu.
c. Kalimat
majemuk campuran
Adalah kalimat majemuk yang merupakan perpaduan dari
kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk campuran
ini dapat terdiri atas satu klausa induk dan sekurangnya dua klausa anak, atau
sekurangnya dua klausa induk dan satu atau lebih klausa anak.
Contoh:
Ketika Sarimin pulang, ibu Sarimin sedang menjahit dan adik Sarimin bermain boneka.
Ketika Sarimin pulang, ibu Sarimin sedang menjahit dan adik Sarimin bermain boneka.
G. Berdasarkan
kelengkapan unsurnya, kalimat dibedakan menjadi:
1. Kalimat mayor
Adalah kalimat yang sekurangnya terdiri atas unsur
pusat subjek dan predikat.
Contoh:
Hanifa meminum teh.
Hanifa meminum teh.
2. Kalimat minor
Adalah kalimat yang terdiri atas satu unsur pusat
saja.
Contoh:
Tunggu!
Tunggu!
Tidak!
H. Berdasarkan
unsur pusat atau intinya, kalimat dibedakan menjadi:
1. Kalimat inti
Adalah kalimat yang terdiri atas dua inti S-P atau
jika dalam kalimat aktif transitif terdiri atas inti S-P-O. Kalimat ini
berintonasi netral, bukan merupakan kalimat tanya, ataupun perintah. Kalimat
ini tersusun normal, dan berupa kalimat positif.
Contoh : Rully makan.
2. Kalimat
transformasi
Adalah kalimat inti yang telah mengalami perubahan.
Adapun perubahan itu dapat berupa:
a. Adisi atau
penambahan
Contoh:
Adik mandi. -> menjadi ‘Adik sedang mandi di
kamar mandi’.
b. Delisi atau
pengurangan
Contoh:
Adik mandi. -> menjadi ‘Adik!’ atau ‘Mandi!’.
Adik mandi. -> menjadi ‘Adik!’ atau ‘Mandi!’.
c. Perubahan intonasi
Adik mandi.
-> menjadi ‘Adik mandi!’.
d. Inversi atau
susun balik
Contoh:
Adik mandi.
-> menjadi ‘Mandilah adik’.
e. Negasi atau
pengingkaran
Contoh:
Adik mandi. -> menjadi ‘Adik tidak mandi’.
Adik mandi. -> menjadi ‘Adik tidak mandi’.
f. Perubahan
fungsi kalimat
Adik mandi.
-> Adiklah yang mandi.
I. Berdasarkan
kesesuaian dengan kaidah kebahasaan, kalimat dapat dibedakan
menjadi:
1. Kalimat
efektif
Adalah kalimat yang tata bahasa dan maknanya sesuai
dengan ejaan yang baku (EYD). Selain itu, kalimat efektif juga berisikan
gagasan penulis secara jelas, singkat, dan tepat.
Jelas berarti mudah dipahami oleh pembaca atau
pendengar.
Singkat berarti hemat dalam pemakaian atau pemilihan
kata-kata.
Tepat berarti sesuai dengan kaidah bahasa yang
berlaku.
Contoh:
Raden membeli jambu, pisang, dan alpukat.
2. Kalimat tidak
efektif
Adalah kalimat yang tata bahasa dan maknanya tidak
sesuai dengan EYD, tidak jelas, tidak singkat, dan tidak tepat.
Penyebab
ketidakefektifan suatu kalimat, yakni:
a. Kontaminasi
atau kerancuan
Contoh:
Tolong jendela itu dipertinggikan!
b. Pleonasme
(berlebihan, tumpang tindih)
Contoh:
Para alumni-alumni
akan hadir.
c. Ambigu (makna
ganda)
Contoh:
Penjahit pakaian
wanita
d. Salah logika
Contoh:
Saya suka
bersin jika flu.
e. Tidak
memiliki subjek
Contoh:
Untuk itu datang
tepat waktu.
f. Mubazir
preposisi
Contoh:
Bukuku terbawa di
dia.
g.
Ketidaktepatan bentuk kata
Contoh:
Banyak pihak yang meminta pertanggung jawabnya.
h.
Ketidaktepatan makna
Contoh:
Aku sedih karena dia acuh kepadaku hari ini.
Makna kata ‘acuh’ seharusnya ‘peduli’, tetapi dalam
kalimat tersebut kata ‘acuh’ digunakan untuk menggambarkan hal yang sebaliknya
(cuek).
Seharusnya -> Aku sedih karena dia tidak acuh
kepadaku hari ini.
i. Pengaruh
bahasa daerah
Contoh:
Rumahku besar sendiri di desa.
Besar sendiri -> gede dewe.
Seharusnya kalimat yang benar adalah:
Rumahku paling besar di desa.
j. Pengaruh
bahasa asing
Contoh:
Tempat di mana saya lahir sudah lama tidak saya
kunjungi.
Terpengaruh oleh ‘where’ sebagai konjungtor dalam
bahasa Inggris. Seharusnya kalimat yang benar adalah:
Tempat kelahiran saya sudah lama tidak
saya kunjungi.