gambar dari SINI
EYD : EJAAN, TANDA BACA, DAN
HURUF KAPITAL
I. EJAAN
Ejaan
dalam bahasa Indonesia berkaitan dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), yakni
ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku sejak 1972. Banyak sekali materi yang dibahas pada EYD contohnya
: Pemakaian Huruf Kapital, Pemakaian Huruf Miring, Penggunaan Kata Dasar,
Penggunaan Kata Imbuhan, Penggunaan Kata Serapan, Gabungan Kata, Singkatan,
Akronim, Angka, Lambang Bilangan, dan Penggunaan Tanda Baca.
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) berfungsi untuk memperjelas ejaan yang ada di Indonesia karena banyak kesalahaan yang terjadi sebelum ada EYD. Contoh Ejaan Yang Disempurnakan adalah Tj menjadi C ( Tjutji = Cuci ), dj menjadi j (Djarak = Jarak), T menjadi Y ( Satang = Sayang ), dan masih banyak lagi Ejaan Yang Disempurnakan.
Secara
umum, orang beranggapan bahwa ejaan berhubungan dengan melisankan. Hal ini
terkait dengan makna kata mengeja (kata atau kalimat), yaitu menyebutkan huruf
demi huruf pada kata atau kalimat itu. Di dalam bahasa, sebenarnya ejaan
berhubungan dengan ragam bahasa tulis.
Berdasarkan etimologi, kata ejaan berasal dari kata dasar “eja” yang berarti melafalkan huruf-huruf atau lambang-lambang bunyi bahasa.
Pengertian ejaan menurut beberapa tokoh :
1.
Menurut Arifin (2004: 170) ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana
melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antar hubungan antara lambang-lambang
itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa). Selanjutnya secara
teknis, ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.
2.
Keraf (1984: 47) berpendapat bahwa ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana
menggambarkan lambang-larnbang bunyi-ujaran dan bagaimana interrelasi antara
lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa.
3.
Kridalaksana (2008: 54) mengemukakan bahwa ejaan adalah penggambaran bunyi
bahasa dengan kaidah tulis menulis yang distandarisasikan.
Ejaan berkaitan dengan kaidah
tata tulis, seperti :
-Pemakaian
huruf
-Penulisan
huruf
-Penulisan
kata
-Pungtuasi
(tanda baca)
Penulisan Kata
A. Kata Dasar
Kata
yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
B. Kata Imbuhan
1.
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
2.
Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Misalnya :
tepuk tangan -> bertepuk tangan
tanggung jawab ->bertanggung jawab
3.
Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan
tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
Misalnya
:
garis bawah ->menggarisbawahi
lipat ganda ->melipatgandakan
4.
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan
kata itu ditulis serangkai.
Contoh
:
dwiwarna,
ekawarna, ekstrakurikuler, infrastruktur, mahasiswa, mancanegara, multilateral,
Pancasila, reinkarnasi, tritunggal, ultramodern.
Catatan:
(1)
Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital,
di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
(2)
Jika kata maha sebagai unsur gabungan
diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis
terpisah.
C. Gabungan Kata
1.
Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Contoh
:
Duta
besar, kambing hitam ,……..
2.
Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan
pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur
yang bersangkutan
Misalnya
:
Alat
pandang dengar,anak istri saya, buku sejarah baru, ibu bapak kami, watt jam,
orang tua muda. (berikan tanda hubung!)
D. Kata Serapan
Dalam
perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain,
baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sasekerta, Arab,
Portugis, Belanda, atau Inggris. Berdasarkan
taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua
golongan besar. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke
dalam bahasa Indonesia, seperti: reshuffle,
shuttle cock. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia,
tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya
diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan
bentuk asalnya.
Kaidah
ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu contohnya :
(aa pada octaaf), (ae pada aerodinamics), (ai pada trailer), (au pada audiogram), (ea pada idealist), (ee pada stratosfeer), (eu pada neutron), (oo pada komfoor), (oo pada cartoon), (ph pada phase).
Singkatan dan Akronim
1.
Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan
yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a.
Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan
tanda titik.
b.
Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis
dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
c.
Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda
titik.
d.
Singkatan umum yang terdiri atas dua huruf.
d.
Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikuti tanda titik.
2.
Akronim ialah singkatan yang berupa
gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata
dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
a.
Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya
:
ABRI
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
b.
Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Misalnya:
Iwapi Ikatan
Wanita Pengusaha Indonesia
c.
Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf
kecil.
Misalnya
:
pemilu
(pemilihan umum)
sendratari
(seni drama dan tari)
Angka dan Lambang Bilangan
1.
Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan
lazim digunakan angka Latin atau angka Romawi.
Angka
Latin : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka
Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X
2.
Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii)
satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.
Misalnya
:
0,5
sentimeter
3.
Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau
kamar pada alamat.
4.
Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
5.
Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a.
Bilangan utuh
b.
Bilangan pecahan
6.
Penulisan lambang bilangan tingkat.
7.
Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an.
8.
Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti
dalam perician dan pemaparan.
Misalnya
:
Amir
menonton drama itu sampai tiga kali.
Kendaraan
yang ditempah untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 helicak, 100
bemo.
9.
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau
dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya
:
-> Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
-> Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan
:
15
orang tewas dalam kecelakaan itu.
Dua
ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.
10.
Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya
lebih mudah dibaca.
Misalnya
:
Perusahaan
itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk
Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.
11.
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks
kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuintansi.
Misalnya
:
-> Kantor kami mempunyai 20 orang pegawai.
-> Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan
:
Kantor
kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
Di
lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.
12.
Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya
:
Saya
lampirkan tanda terima uang sebesar Rp 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh
sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah)
II. TANDA BACA
A. Tanda Titik (.)
1.
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
2.
Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar,
atau daftar yang bukan terakhir dalam deretan angka atau huruf tersebut.
3.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu.
4.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu.
5.
Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir
dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
6.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
7.
Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau
kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
8.
Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat
atau (2) nama dan alamat penerima surat.
B. Tanda Koma (,)
1.
Tanda koma dipakai di antara unsur- unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
->
jus alpukat, bubur ayam, sate
ayam
2.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
3.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimat.
4.
Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat.
5.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat dalam
kalimat.
6.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
7.
Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamt, (ii) bagian- bagian alamat,
(iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama dan tempat dan wilayah atau negeri yang
ditulis berurutan.
8.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.
9.
Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
10.
Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya
untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
11.
Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen
yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
Rp
12,50 12,5 m
12.
Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.
Misalnya:
Guru saya, Pak Sugito, pandai
sekali.
13.
Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan
yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Atas
bantuan Shinta, Yhana
mengucapkan terima kasih.
14.
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
“Di
mana Saudara tinggal?” tanya Karin.
C. Tanda Titik Koma (;)
1.
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang
sejenis dan setara.
Misalnya:
Malam
makin larut; pekerjaan
belum selesai juga.
2.
Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam kaliamt majemuk.
D. Tanda Titik Dua (:)
1.
Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian.
Misalnya:
Kita
sekarang memerlukan perabot rumah: tangga
kursi, meja, dan lemari.
Tanda
titik dua tidak dipakai jika rangkaian
itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan,
kursi, meja, lemari -> perabot itu terdiri dari kursi, meja, dan lemari.
2.
Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian (perincian atau penjelasan).
Misalnya:
Tempat
: Kampus D, Gd 451
Hari
: Senin
Waktu
: 09.00 WIB
3.
Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.
4.
Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di
antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul
suartu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan
(daftar pustaka).
Mislanya:
Tempo,
I (1971), 34:7
Surah
Yasin: 9
E. Tanda Hubung (-)
1.
Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah pergantian baris.
Namun suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau
pangkal baris.
Misalnya:
Di
samping cara-cara lama itu ada juga cara yang baru.
2.
Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran
dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Misalnya:
Kini
ada cara yang bagus untuk mengukur panas.
3.
Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
4.
Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
8-4-2000
5.
Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian kata atau
ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
Misalnya:
Ber-evolusi, dua
puluh-lima ribuan
<- (20*5000)
6.
Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang
dimulai dengn hurup kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan –an,
(iv) singkatan berhuruf kapital dengan
imbuhan / kata, dan (v) nama jabatan rangkap
Misalnya:
se-Indonesia,
juara ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, Menteri-Sekretaris Negara
7.
Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing.
Misalnya:
di-smash,
pen-tackle-an
F. Tanda Pisah (—)
1.
Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di
luar bangun kalimat.
Misalnya
:
Kemerdekaan
bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2.
Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain
sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya
;
Rangkaian
temuan ini—evolusi, pembelahan atom—telah mengubah konsep kita tentang alam
semesta.
3.
Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai ke’
atau ‘sampai dengan’.
G. Tanda Elipsis (…)
1.
Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
2.
Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang
dihilangkan.
Misalnya
:
Sebab-sebab
kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
H. Tanda Tanya (?)
1.
Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
2.
Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
diasingkan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya
:
Ia
dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya
sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
I. Tanda Seru (!)
Tanda
seru dipakai setelah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah
yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya
:
Alangkah
seramnya peristiwa itu !
Bersihkan
kamar itu sekarang juga !
J. Tanda Kurung ((…))
1.
Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
DIY -> DIY
(Daerah Istimewa Yogyakarta)
2.
Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian pokok
pembicaraan.
Misalnya
:
Sajak
Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada
tahun 1962.
3.
Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
Misalnya
:
Pejalan
kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
4.
Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya
:
Faktor
produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
K. Tanda Kurung Siku ([…])
1.
Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu
menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah
asli.
Misalnya
:
Sang
Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2.
Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.
L. Tanda Petik (“…”)
1.
Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah
atau bahan tertulis lain.
Misalnya
:
“Saya
belum siap,” kata Vanggi,
“tunggu sebentar!”
2.
Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
Misalnya
:
Bacalah
“Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa,
dari Suatu Tempat.
3.
Tanda petik mengapit istilah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti
khusus.
Misalnya
:
Pekerjaan
itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.
Ia
bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama “cutbrai”.
4.
Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya
:
Kata
Tono, Saya juga minta satu. (berilah
tanda petik!)
5.
Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda
petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada
ujung kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya
:
Karena
warna kulitnya, Sophia mendapat julukan “Si Hitam”.
Bang
Madit sering disebut “pahlawan”, ia sendiri tidak tahu sebabnya.
M. Tanda Petik Tunggal (’…’)
1.
Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya
:
Tanya
Basri, “Kau dengar bunyi kring-kring tadi?” (berilah tanda petik!)
“Waktu
kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, Ibu, Bapak pulang, dan rasa letihku
lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan. (berilah
tanda petik!)
2.
Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau
ungkapan asing.
Misalnya
:
Recycle artinya
‘daur ulang’.
N. Tanda Garis Miring
1.
Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya
:
No.
7 S 1973
Jalan
Kramat III 10 (berilah tanda petik!)
2.
Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau tiap.
Misalnya
:
Dikirimkan
lewat darat/laut ‘dikirimkan lewat darat atau lewat laut’
Harganya
Rp 25,00/lembar ‘harganya Rp 25,00 tiap lembar’
O. Tanda Penyingkat atau
Apostrof ( ` )
Tanda
penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya
:
‘Kan
aku ingat wajahmu dalam tidurku. (‘kan = akan)
Fahmi
` kan kulupakan. (`kan = akan)
III. HURUF KAPITAL
1.
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal
kalimat.
2.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
3.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
4.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Pengecualian:
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
5.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu,
nama instansi, atau nama tempat.
Pengecualian
:
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak
diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
6.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Pengecualian
:
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai
nama jenis atau satuan ukuran.
7.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
Pengecualian
:
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang
dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
Mengindonesiakan
kata asing, keinggris-inggrisan
8.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,
dan peristiwa sejarah.
Pengecualian
:
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak
dipakai sebagai nama.
Contoh
: perang dunia
9.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Pengecualian:
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi
unsur nama diri.
Misalnya:
berlayar
ke teluk, menyeberangi selat, pergi ke arah tenggara
Pengecualian : Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
garam inggris , gula
jawa , pisang ambon , bika ambon
10.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintah, dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti
dan.
Misalnya:
Republik
Indonesia; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Keputusan Presiden Republik
Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972
Pengecualian
:
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara,
lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
menjadi
sebuah republik, menurut undang-undang yang berlaku
11.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna
yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta
dokumen resmi.
Misalnya:Perserikatan
Bangsa-Bangsa, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
12.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur
kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, judul karangan
kecuali kata di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi
awal.
Misalnya:
Dia
adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia
menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Ekonomi Perdata”.
13.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Dr.
doktor
Ny.
nyonya
M.A.
master of arts
Sdr.
saudara
S.E.
sarjana ekonomi
Prof.
Profesor
Info :
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang juga bertanggung jawab tentang
masalah Bahasa Indonesia yang baik dan benar, kemudian mengklaim bahwa
penulisan yang tepat untuk dokter memang sebaiknya “Dr”. Sehingga
permasalahan tentang huruf kapital di awal kalimat dapat terselesaikan. Dan
dengan demikian, doktor menurut mereka adalah “DR”.
Klaim dari Kemendikbud kemudian diperkuat oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
yang menggunakan “Dr” sebagai singkatan resmi
untuk dokter (Leonardo P.S, 2008).
14.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
“Kapan
Bapak berangkat?” tanya Anis.
Mereka
pergi ke rumah Pak Camat.
Surat
Saudara sudah saya terima.
Besok
Paman akan datang.
Pengecualian
:
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya:
Kita
harus menghormati bapak dan ibu kita.
15.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Tambahan: Huruf Miring
1.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan
surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
2.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf
pertama kata abad ialah a. Dia tidak
membicarakan hal itu.
3.
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau
ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
* KATA
DEPAN *
Kata depan merupakan kata tugas yang berfungsi
membentuk frase preposisi. Adapun penulisan kata depan terpisah dari kata yang
menyertai kata depan tersebut.
Berdasarkan
jenis dan fungsinya, kata depan tersebut dibedakan menjadi:
a.
Di
Kata depan di berfungsi untuk menunjukkan
tempat.
Contoh:
Para siswa berkumpul di lapangan sekolah.
Pak Tarno sedang meletakkan alat berkebun di gudang.
b.
Ke
Kata depan ke berfungsi menunjukkan tujuan.
Contoh:
Pak Rudi pergi ke Surabaya.
Yani harus pulang ke rumah sekarang.
c.
Dari
Kata depan dari berfungsi menunjukkan asal.
Contoh:
Ia baru pulang dari Semarang.
Boneka itu terbuat dari kain wool.
d.
Dengan
Kata depan dengan berfungsi menunjukkan:
1. Keterangan
cara
Contoh:
Ibu membersihkan halaman dengan memangkas rumput yang tumbuh tidak beraturan.
2.
Keterangan alat
Contoh:
Karina menulis dengan pensil.
3. Keterangan
kesertaan
Contoh:
Di hari Minggu yang cerah, Mia pergi dengan ayahnya ke Taman Safari.
Catatan
Penting!
Kata depan di, ke, dari, dengan ditulis
terpisah dari kata yang menyertainya, kecuali di dalam gabungan kata yang telah
umum dianggap sebagai suku kata, contoh: kepada, daripada.
Contoh:
Ia hanya percaya kepada orangtuanya.
Ia lebih menyukai bermain tenis meja daripada sepak bola.