gambar dari SINI
Berikut ini merupakan jenis-jenis kata dan penerapannya,
yakni:
1. Kata Benda/Nomina
Kata benda ialah semua kata yang
merupakan nama diri, nama benda, atau yang dibendakan.
Contoh : Kemal, Habsy, Dita,
polisi, tentara, pasukan, mobil, kue.
Kata benda terbagi atas tiga macam, yakni:
a. Kata benda konkret
Yaitu kata benda yang menunjukkan
sesuatu yang dapat dilihat atau diraba, baik berupa nama diri, nama jenis, nama
tempat.
Contoh: harimau, jeruk, sepatu,
tas.
b. Kata benda abstrak
Yaitu kata benda yang mengacu
pada sesuatu yang tidak dapat dilihat atau diraba, namun dapat dirasakan.
Contoh: persatuan, keinginan,
kesedihan, kebahagiaan.
c. Kata yang dibendakan
Yaitu kata benda yang terbentuk
dari jenis kata yang lain.
Contoh: Kebaikan -> berasal
dari ke-an + baik (kata sifat)
Contoh penerapan kata benda dalam
kalimat:
Kebahagiaan dapat datang dari siapa saja.
(‘Kebahagiaan’ di sini berfungsi
sebagai subjek.)
2. Kata Kerja/Verba
Kata kerja ialah kata yang
menyatakan perbuatan, tindakan, gerak-gerik atau cara yang menjalankan dan
berbuat.
Menurut sifatnya, kata kerja dibedakan menjadi:
a. Kata kerja aktif
Yaitu kata kerja yang mengacu
pada suatu kerja aktif, menyatakan subjek yang mengerjakan suatu perbuatan.
Dari bentuknya, kata kerja aktif berawalan me-, ber-, atau konfiks me-kan,
me-i, memper-kan, mem-, per-i, dan berfungsi sebagai predikat.
Contoh: berdoa, menarikan,
memperbaiki, mempersatukan.
b. Kata kerja pasif
Yaitu kata kerja yang mengacu
pada suatu kerja pasif, menyatakan subjek yang dikenai pekerjaan. Dari segi
bentuknya, kata kerja pasif berawalan di-, ter0, atau konfiks ke-an, dan
berfungsi sebagai predikat.
Contoh: ditarik, terhindar,
kehujanan.
Menurut bentuknya, kata kerja dibedakan menjadi:
a. Kata kerja bentuk dasar
Contoh: pergi, pulang, makan.
b. Kata kerja bentuk turunan
Contoh: berlari, diterima,
menaburkan.
Contoh penerapan kata kerja dalam
kalimat:
Dennisa menari balet sore ini.
(Kata kerja ‘menari’ yang berasal
dari kata benda ‘tari’ merupakan predikat dalam kalimat ini.)
3. Kata Sifat/Adjektiva
Kata sifat ialah kata yang
menjelaskan sifat dan keadaan suatu benda, orang, binatang, atau yang dianggap
benda.
Kata sifat terdiri atas:
a. Kata sifat dasar, contohnya: manis, besar, kecil.
b. Kata sifat turunan, yakni:
- Kata sifat turunan berafiks,
contoh: tercengang.
- Kata sifat bereduplikasi,
contoh: berlubang-lubang.
- Kata sifat ke-an, contoh:
kebiru-biruan.
- Kata sifat berafiks –i, contoh:
manusiawi.
- Kata sifat yang berasal dari berbagai kelas kata, yakni deverbalisasi (contoh: menegangkan), denominalisasi (contoh: hartawan), deadverbialisasi (contoh: berkurang,
bertambah), denumeralisasi (contoh:
mendua), deinterjeksi (contoh: sip,
wah, oh), kata sifat yang terbentuk dari
kata serapan (contoh: amoral, sekunder, sosial).
-Kata sifat majemuk, yakni subordinatif (contoh: berhati mulia,
berjiwa besar), koordinatif (contoh: aman tenteram, hina dina, lemah lembut).
Contoh penerapan kata sifat dalam
kalimat:
Jeruk itu berasa manis.
(kata sifat‘manis’ berfungsi sebagai pelengkap dalam
kalimat tersebut.)
4. Kata Hubung/Konjungsi
Kata hubung terdiri atas:
a. Kata hubung intrakalimat
Kata hubung ini berfungsi
menghubungkan bagian-bagian dalam kalimat. Kata hubung ini terbagi atas dua
macam:
1. Kata hubung koordinatif yang menghubungkan bagian-bagian kalimat yang
setara.
(a) Koordinatif pemilihan: atau
(b) Koordinatif penggabungan:
dan, lalu, lagipula, kemudian
(c) Koordinatif perlawanan:
tetapi, namun
(d) Koordinatif penegasan: bahkan
2. Kata hubung subordinatif
Kata hubung ini berfungsi
menghubungkan bagian-bagian kalimat yang tidak setara. (a) Subordinatif syarat:
jika, jikalau, asal, bila, manakala.
(b) Subordinatif pengandaian:
andaikan, seumpama, seandainya.
(c) Subordinatif waktu: ketika,
sejak, sambil, sesudah, sebelum, saat.
(d) Subordinatif tujuan: agar,
supaya, biar.
(e) Subordinatiff konsesif
(pertentangan): meskipun, biarpun, walaupun.
(f) Subordinatif pembandingan:
seperti, bagai, bagaikan, seolah-olah.
(g) Subordinatif sebab: sebab,
oleh sebab itu, karena, oleh karena itu.
(h) Subordinatif akibat:
sehingga, sampai, maka.
(i) Subordinatif alat: dengan,
tanpa.
(j) Subordinatif cara: dengan,
tanpa.
(k) Subordinatif komplementatif:
bahwa.
(l) Subordinatif atribut: yang
(m) Subordinatif perbandingan:
sama...dengan..., lebih...daripada....
3. Kata hubung korelatif
Kata hubung ini merupakan kata
hubung berpasangan.
Contoh:
Baik...maupun....
Tidak....tetapi...
Bukan...melainkan....
Sedemikian...sehingga...
Jangankan...pun...
b. Kata hubung antarkalimat
Kata hubung ini berfungsi
menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain di dalam suatu
paragraf atau wacana.
Kata hubung ini selalu memulai
kalimat baru, dan huruf pertamanya adalah huruf kapital.
Contoh:
Biarpun demikian/begitu
Walaupun demikian/begitu
Oleh karena itu
Akan tetapi
Kecuali itu
Selain itu
5. Kata Bilangan/Numeral
Kata bilangan atau numeral ialah
kata yang menyatakan jumlah kumpulan dan urutan atau tingkatan suatu benda atau
yang dibendakan.
Kata bilangan ada bermacam-macam, yakni:
a. Kata bilangan utama/pokok/numeralia kardinal (menjawab
pertanyaan: berapa)
Contoh: satu, dua, tiga, empat.
b. Kata bilangan tingkat/numeralia ordinal (menjawab
pertanyaan: keberapa)
Contoh: pertama, kedua.
c. Kata bilangan kumpulan
Contoh: kedua belah pihak, kelima
anak itu
d. Kata bilangan himpunan
Contoh: tiga-tiga,
sepuluh-sepuluh
e. Kata bilangan pecahan
Contoh: setengah, tiga perempat,
empat perdua belas
f. Kata bilangan tak tentu
Contoh: beberapa, sejumlah,
sebagian, masing-masing
g. Kata bantu bilangan
Contoh: seekor ayam, sehelai
daun, sebutir telur
Contoh penerapan kata bilangan
dalam kalimat :
Kami berlima ketika pergi mengaji.
(Kata bilangan ‘berlima’
berfungsi sebagai predikat dalam kalimat tersebut.)
6. Kata Seru/Interjeksi
Kata seru ialah kata yang
menyatakan isi hati pembicara. Kata ini mengacu pada nada atau sikap dan sering
digunakan untuk mengungkapkan rasa kagum, sedih, heran, atau jengkel.
Kata seru ada empat macam, yakni:
a. Bernada negatif, yakni kata seru yang biasanya
digunakan untuk menyatakan ketidaksukaan atau perasaan negatif.
Contoh: cih, ih, idih, bah.
b. Bernada positif, yakni kata seru yang biasa digunakan
untuk menyatakan kekaguman atau kesenangan.
Contoh wow, amboi, asyik, hore,
alhamdulillah
c. Bernada keheranan, yakni kata seru yang biasa digunakan
untuk menyatakan keheranan atau ketidakpercayaan terhadap suatu keadaan
Contoh: lho, masa
d. Bernada netral, yakni kata seru yang bersifat netral
Contoh: eh, hai
7. Kata Ganti/Pronomina
Kata ganti ialah kata yang
digunakan untuk menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan.
Macam-macam kata ganti:
a. Kata ganti orang/pronominal
Contoh: aku, saya, kami, kita,
kamu, Anda, kalian, dia, ia, mereka
b. Kata ganti milik/posesiva
(1) Bentuk utuh, contohnya: rumah
saya, adik Anda, baju dia
(2) Enklitik/bentuk ringkas,
contohnya: sepedaku, adikmu, uangnya
c. Kata ganti penunjuk/demonstrativa
(1) menunjukkan sesuatu yang
dekat, contoh: ini, sini
(2) menunjukkan sesuatu yang agak
jauh, contoh: itu, situ
(3) menunjukkan sesuatu yang
jauh, contoh: sana
d. Kata ganti penghubung/relativa
Kata ganti ini dipakai untuk
menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat.
Contoh: Anak Pak Baskoro baru
pulang dari Serbia. Anak Pak Baskoro bernama Vince. -> Anak Pak Baskoro yang bernama Vince baru pulang dari
Serbia.
e. Kata ganti penanya/interogativa
(1) menanyakan orang: siapa
(2) menanyakan benda, hal,
binatang: apa
(3) menanyakan alasan/sebab:
mengapa
(4) menanyakan tempat: di mana
(5) menanyakan waktu: kapan
(6) menanyakan cara: bagaimana
(7) menanyakan jumlah: berapa
f. Kata ganti tak tentu/determinativa
Contoh: sesuatu, hal-hal,
masing-masing, beberapa
8. Kata Keterangan/Adverbia
Kata keterangan ialah kata yang
dipakai untuk menerangkan kata kerja, kata sifat, dan kata keterangan lainnya.
Macam-macam kata keterangan, yakni:
a. Keterangan waktu/temporal
Yakni menyatakan kapan suatu
peristiwa terjadi.
Contoh: tadi, besok, sekarang
b. Keterangan mutu/kualitas
Yakni menyatakan situasi dari
suatu peristiwa.
Contoh: sungguh-sungguh,
erat-erat
c. Keterangan jumlah/frekuentatif
Yakni menyatakan jumlah tindakan
atau keseringan dari suatu peristiwa
Contoh: kira-kira, sering,
jarang, kadang-kadang
d. Keterangan tempat/lokatif
Yakni menyatakan tempat
berlangsungnya suatu peristiwa
Contoh: di rumah, ke Bandung,
dari pasar
e. Keterangan alat
Yakni menyatakan dengan apa
peristiwa itu dilakukan
Contoh: dengan cangkul, dengan
pensil
f. Keterangan cara/modalitas
Yakni menyatakan tanggapan
subjektif pembicaraan terhadap suatu peristiwa
Contoh:
Kepastian : pasti, memang, sungguh
Kesangsian : mungkin, agaknya
Keheranan : mustahil, mana
mungkin
Keinginan : semoga, mudah-mudahan
Larangan : jangan
Ajakan : mari, ayo
Pengakuan : sebenarnya
g. Keterangan aspek
Yakni menyatakan berlangsungnya
peristiwa secara objektif
(1) Futuratif : peristiwa akan
berlangsung. Contohnya: akan, mau, hendak
(2) Inkoatif : peristiwa mulai
berlangsung. Contohnya: mulai
(3) Duratif : peristiwa sedang
berlangsung. Contohnya: sedang, tengah
(4) Perfektif : peristiwa telah
berlangsung. Contohnya: telah, usai, sudah
(5) Repetitif : peristiwa
berulang-ulang. Contohnya: mondar-mandir, meliuk-liuk
(6) Habituatif : peristiwa
menjadi kebiasaan. Contohnya: setiap pagi, biasanya
(7) Frekuentatif : peristiwa
sering berlangsung. Contohnya: sering
(8) Momental : peristiwa
berlangsung dalam waktu yang singkat. Contohnya: sejenak, sekejap
h. Keterangan kesertaan
Yakni menyatakan dengan siapa
peristiwa itu berlangsung.
Contoh: dengan Tania, bersama
dokter
i. Keterangan syarat/kondisional
Yakni menyatakan syarat yang
harus dipenuhi.
Contoh: jika, apabila, kalau,
jikalau
j. Keterangan perlawanan/konsesif
Yakni keterangan untuk menyangkal
suatu peristiwa
Contoh: meskipun, walaupun,
biarpun
k. Keterangan sebab/kausal
Menyatakan penyebab suatu
peristiwa berlangsung
Contoh: karena, sebab
l. Keterangan akibat/konsekutif
Menyatakan akibat suatu peristiwa
Contoh: sehingga
m. Keterangan tujuan
Menyatakan tujuan dari proses
peristiwa itu
Contoh: agar, supaya, untuk
n. Keterangan perbandingan/komparatif
Menyatakan suatu perbuatan dengan
mengadakan perbandingan suatu proses.
Contoh: sebagai, seperti,
bagaikan, seakan-akan
o. Keterangan perwatasan
Menyatakan penjelasan dalam
hal-hal mana saja yang berlangsung dan mana yang tidak.
Contoh: kecuali, hanya, yang
9. Kata Depan/Preposisi
Kata depan adalah kata yang
berfungsi merangkaikan kata atau kelompok kata yang satu dengan kata atau
kelompok kata lain dalam suatu kalimat, sekaligus menentukan jenis hubungannya.
Kata depan berdasarkan bentuknya, yakni:
a. Kata depan berbentuk kata: di,
ke, dari, bagi, untuk, guna, dalam, pada, oleh, dengan, tentang.
b. Kata depan berbentuk gabungan kata: berbeda dengan, bertolak dari, oleh karena,
sampai dengan, sesuai dengan.
Kata depan berdasarkan fungsinya, yakni:
a. Menandai hubungan peruntukan: untuk, guna, bagi, buat
b. Menandai hubungan tempat
berada: di
c. Menandai hubungan
perkecualian: selain itu, selain dari, di
samping itu
d. Menandai hubungan kesertaan: bersama, beserta
e. Menandai hubungan waktu: dari
f. Menandai hubungan kesertaan
atau cara: dengan
g. Menandai hubungan arah menuju
suatu tempat: ke, menuju, kepada,
terhadap
h. Menandai hubungan pelaku: oleh
i. Menandai hubungan pemiripan: bagaikan, bagai, seperti, bak, laksana
j. Menandai hubungan
perbandingan: daripada
k. Menandai hubungan penyebab: oleh karena, oleh sebab
l. Menandai hubungan batas waktu:
sejak, sepanjang, menjelang, selama
m. Menandai hubungan lingkup
geografis atau waktu: sekeliling, sekitar
10. Kata Sandang/ Artikula
Kata sandang adalah kata yang
dipakai untuk membatasi kata benda. Kata sandang dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
a. Kata sandang yang mendampingi kata benda dasar
Contoh: para murid
b. Kata sandang yang mendampingi kata benda yang dibentuk dari kata dasar
Contoh: sang penyanyi
c. Kata sandang yang mendamping kata ganti
Contoh: si dia
d. Kata sandang yang mendampingi kata kerja pasif
Conroh: si terdakwa
11. Kata Ulang/Reduplikasi
Kata ulang ialah kata yang
mengalami proses pengulangan. Kata ulang terbagi ke dalam empat jenis, yakni
sebagai berikut:
a. Kata ulang dasar (dwilingga), disebut juga
perulangan utuh
Contoh: buku-buku, sekali-sekali
b. Kata ulang berimbuhan, yaitu
bentuk perulangan yang disertai proses pengimbuhan
Contoh: lelaki, pertama-tama
c. Kata ulang berubah bunyi,
yaitu bentuk perulangan yang disertai dengan peubahan bunyi
Contoh: gerak-gerik, bolak-balik,
mondar-mandiri
d. Kata ulang sebagian
(dwipurwa), yaitu bentuk perulangan yang terjadi hanya pada sebagian bentuk
dasar.
Contoh: tetamu, tetiba
e. Kata ulang semu, yaitu kata
yang bentuknya seperti kata ulang, namun ternyata bukan kata ulang
Contoh: laba-laba, kupu-kupu,
kunang-kunang, ubur-ubur
Kata ulang memiliki beberapa makna, yakni:
a. banyak tidak tertentu: buku-buku,
mobil-mobil
b. Banyak dan bermacam-macam: buah-buahan,
sayur-sayuran
c. Menyerupai dan bermacam-macam: mobil-mobilan
d. Agak atau melemahkan sesuatu
yang disebut pada kata dasarnya: kekanak-kanakan
e. Intensitas kualitatif: kuat-kuat
f. intensitas kuantitatif: bolak-balik
g. Makna kolektif: satu-satu
h. kesalingan: bercubit-cubitan.
12. Kata Majemuk/Komposisi
Kata majemuk adalah
kata yang terbentuk dari dua kata yang berhubungan, dan hasil penggabungan itu
menimbulkan makna baru.
Ciri-ciri kata majemuk :
- Menimbulkan makna
baru (mata air <- mata + air)
- Tidak dapat dipisahkan
(mata air -> ‘mata’ tidak dipisahkan dari ‘air’)
- Tidak dapat
disisipi unsur lain (mata air, bukan ‘mata dan air’)
- Tidak dapat
diganti salah satu unsurnya (mata air berarti sumber air. Unsur ‘mata’ tidak
dapat diganti ‘hidung’ atau kata lain, karena akan menimbulkan makna baru)
- Tidak dapat
ditukar letak unsur-unsurnya (mata air tidak dapat diubah menjadi ‘air mata’,
karena maknanya akan berubah)
Kata majemuk berdasarkan sifatnya, yakni:
a. Kata majemuk eksosentris
Yaitu kata majemuk yang antarunsurnya
tidak saling menerangkan.
Contoh: adik kakak, tua muda.
b. Kata majemuk endosentris
Yaitu kata majemuk yang salah
satu unsurnya menjadi inti, sedang unsur lain menerangkannya.
Contoh: rumah sakit, sapu tangan.
Kata majemuk berdasarkan jenisnya:
a. Kata majemuk setara
(1) Bersinonim
Contoh: cantik jelita, gelap
gulita, terang benderang
(2) Berantonim
Contoh: suka duka, tua muda,
besar kecil
b. Kata majemuk bertingkat
(1) DM (Diterangkan-Menerangkan)
Contoh : orang tua (‘orang’ itu
Diterangkan, ‘tua’ itu Menerangkan)
(2) MD (Menerangkan-Diterangkan)
Contoh : panjang tangan
(‘panjang’ itu Menerangkan, ‘tangan’ itu Diterangkan)