gambar dari SINI
I. MEMAHAMI CERITA ANAK
Untuk memahami cerita anak, kita harus memahami unsur cerita itu sendiri.
Unsur cerita terbagi atas unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
A. Unsur Intrinsik
Adalah unsur-unsur yang terdapat di dalam karya sastra itu sendiri yang
membangun karya itu dari dalam, dan ikut menentukan kualitas suatu karya sastra
(seperti: cerita).
Unsur intrinsik cerita terdiri atas:
1. Tema
Adalah ide dasar suatu cerita atau pokok pembicaraan yang akan disampaikan
dalam cerita. Tema merupakan titik tolak bagi pengarang untuk menulis sebuah
cerita.
Tema terbagi atas dua, yakni tema
mayor (tema utama), serta tema minor
(tema tambahan atau tema pendukung dari tema utama).
2. Alur atau plot
Adalah rangkaian peristiwa yang membentuk cerita yang disusun secara logis.
Menurut sifatnya, alur
dapat dibagi menjadi:
a) Alur longgar
Disebut alur longgar apabila sebagian alur ditinggalkan, keutuhan cerita
tidak terganggu.
b) Alur ketat
Disebut alur ketat apabila sebagian alur ditinggalkan, keutuhan cerita
menjadi terganggu.
Menurut susunan pengisahannya, alur
dibedakan menjadi:
a) Alur maju atau progresif
Adalah alur yang jalinan peristiwanya mulai dari awal hingga akhir cerita
berjalan teratur atau runtut.
b) Alur mundur atau regresif
Adalah alur yang menceritakan peristiwa masa lampau. Alur ini kerap
disamakan dengan alur flash black
yang menempatkan akhir cerita di awal cerita, kemudian kembali ke masa lampau.
c) Alur campuran
Adalah alur yang menceritakan peristiwa masa kini hingga masa depan, namun
juga memuat peristiwa masa lampau.
d) Alur klimaks
Adalah alur yang susunan peristiwanya menanjak, berangkat dari peristiwa
biasa, lalu semakin meningkat hingga menjadi suatu peristiwa penting.
e) Alur antiklimaks
Adalah alur yang susunan peristiwanya cenderung menurun, mulai dari puncak
konflik lalu menurun menuju peleraian masalah.
f) Alur kronologis
Adalah alur yang susunan peristiwanya berjalan sesuai dengan urutan waktu.
Adapun urutan alur, yakni:
1) Awal (Exposition) : Pengarang mulai memperkenalkan tokoh-tokohnya;
2) Tikaian (Inciting Force/ Ricing Action) : Mulai terjadi konflik di
antara tokoh-tokoh pelaku.
3) Gawatan/rumitan (Crisis) : Konflik tokoh-tokoh semakin seru;
4) Puncak (Climax) : Konflik paling memanas atau puncak konflik di antara
tokoh-tokohnya;
5) Leraian (Falling Action) : Saat peristiwa atau konflik semakin reda dan
perkembangan alur mulai terungkap;
6) Akhir (Conclusion) : Seluruh peristiwa atau konflik selesai.
Bagian akhir terbagi atas tiga macam, yakni:
- Akhir cerita membahagiakan (denaument)
- Akhir cerita menyedihkan (catastroph)
- Akhir cerita bersifat terbuka (solution), pembaca dapat berimajinasi
sendiri.
3. Amanat
Adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui cerita.
4. Tokoh
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam cerita.
Berdasarkan jenisnya, ada
dua macam tokoh:
a. Tokoh utama atau tokoh sentral
Tokoh utama adalah tokoh yang membawakan tema, dan memegang banyak peranan
dalam cerita.
b. Tokoh
tambahan atau tokoh pembantu
Tokoh tambahan adalah tokoh yang mendampingi karakter
utama, dan tidak digambarkan secara detail oleh pengarang.
Berdasarkan
perannya, ada dua macam tokoh:
a. Protagonis : tokoh
yang mengangkat tema.
b. Antagonis : tokoh
yang memberi konflik pada tema dan biasanya berlawanan dengan karakter
protagonis. (tokoh antagonis belum tentu jahat).
c. Tritagonis : tokoh
yang muncul di antara tokoh protagonis dan antagonis.
Berdasarkan
perubahannya, ada dua macam tokoh:
a. Tokoh statis : tokoh
yang tidak mengalami perubahan kepribadian dari awal sampai akhir cerita.
b. Tokoh dinamis : tokoh
yang mengalami perubahan kepribadian. Tokoh ini umumnya dibuat semirip mungkin
dengan manusia sesungguhnya, terdiri atas sifat dan kepribadian yang kompleks.
5. Perwatakan dan
Penokohan
Penokohan adalah
penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh di dalam cerita.
Perwatakan adalah
karakterisasi atau sikap tokoh yang memengaruhi segenap pikiran dan tingkah
laku tokoh dalam cerita.
Pengarang
menggambarkan watak tokoh melalui:
a) Penjelasan langsung dari pengarang (tertulis);
b) Dialog antartokoh;
c) Tanggapan atau reaksi dari tokoh lain terhadap tokoh
lainnya;
d) Pikiran-pikiran tokoh;
e) Bentuk fisik;
f) Lingkungan di sekitar tokoh atau penampilan tokoh;
g) Tingkah laku, tindakan tokoh, atau reaksi tokoh
terhadap suatu masalah.
6) Latar
Latar adalah unsur dalam cerita yang menunjukkan di mana,
bagaimana, dan kapan peristiwa dalam suatu cerita itu berlangsung. Latar
berkaitan dengan tempat, waktu, dan suasana pada cerita.
Macam latar, yakni:
a) Latar tempat
atau latar geografis : latar yang berkaitan dengan tempat
kejadian di dalam cerita;
b) Latar waktu adalah
hal-hal yang berkaitan dengan masalah historis;
c) Latar suasana atau
latar sosial adalah latar yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat.
7) Sudut pandang
Sudut pandang merupakan posisi pengarang terhadap
peristiwa-peristiwa di dalam cerita.
Macam sudut
pandang, yakni:
a) Sudut pandang
orang pertama pelaku utama
Apabila dalam cerita itu tokoh utamanya adalah pengarang
itu sendiri, yang secara langsung terlibat dalam cerita. Sudut pandang ini
menggunakan sebutan ‘aku’ atau ‘saya’ sebagai tokoh utama.
b) Sudut pandang
orang pertama pelaku sampingan
Adalah sudut pandang yang menampilkan ‘aku’ hanya sebagai
tokoh tambahan, yang mengantarkan tokoh lainnya yang lebih penting.
c) Sudut pandang
orang kedua
Adalah sudut pandang yang berpedoman pada kata ‘kamu’
atau ‘Anda’. Teknik ini jarang dipakai karena memaksa pembaca untuk mampu
berperan banyak dalam cerita.
d) Sudut pandang
orang ketiga pelaku utama
Adalah sudut pandang yang menceritakan orang ketiga
sebagai tokoh utamanya. Sudut pandang ini menggunakan kata ganti orang ketiga,
seperti ‘dia’, ‘ia’, atau pun nama tokoh untuk menyebut tokohnya.
e) Sudut pandang
orang ketiga serbatahu
Adalah sudut pandang di mana pengarang berada di luar
cerita dan menjadi pengamat yang tahu segalanya, bahkan berdialog langsung
dengan pembacanya.
f) Sudut pandang
orang ketiga terbatas
Adalah sudut pandang di mana tokoh ‘dia’, ‘ia’, tidak banyak
berperan dalam cerita, dan tidak banyak mengetahui karakter tokoh lain.
8) Gaya bahasa
Gaya bahasa adalah cara khas dalam mengungkapkan pikiran
atau perasaan melalui bahasa. Gaya bahasa dapat berupa majas-majas (jika ada)
dalam sebuah cerita.
B. Unsur
Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur karya sastra (seperti:
cerita) yang mendukung dari luar sebuah karya sastra tersebut. Unsur ekstrinsik
berupa segala sesuatu yang menginspirasi penulis karya sastra dan memengaruhi
karya sastra tersebut.
Unsur ekstrinsik
meliputi:
1. Latar belakang kehidupan penulis;
2. Keyakinan dan pandangan hidup penulis;
3. Adat istiadat yang berlaku saat itu;
4. Situasi politik;
5. Situasi ekonomi;
6. Kedudukan sosial pengarang;
7. Budaya pengarang;
8. Waktu yang melingkupi karya itu;
9. Nilai-nilai karya sastra, seperti nilai moral, nilai
agama, nilai sosial, nilai budaya, nilai estetika, nilai etika, nilai
pendidikan, dsb.
II. MEMAHAMI PUISI
Puisi merupakan
karya sastra yang dipakai oleh penulisnya atau penyair untuk mengungkapkan
pikiran dan perasaannya berdasarkan pengalaman dan bersifat imajinatif.
Menurut Marjorie
Boulton, puisi mempunyai dua struktur, yaitu struktur lahir atau struktur fisik
dan struktur batin.
A. Struktur Lahir atau Struktur Fisik
Puisi
Struktur fisik puisi terdiri atas:
1. Diksi
(pilihan kata)
Untuk menyatakan perasaan dalam puisi, penulis dapat
melambangkan suatu kata dengan kata lain yang memiliki makna sama atau mirip
dengan hal yang dimaksud. Contohnya, untuk menyatakan kesedihan, dapat digunakan
kata ‘gelap’, ‘mendung’, ‘muram’.
2. Majas (gaya
bahasa)
Majas atau gaya bahasa mempunyai pengaruh kuat dalam
menghasilkan imajinasi tambahan dalam puisi. Contohnya untuk memberi kesan
hidup, penulis dapat menggunakan majas personifikasi.
Contoh:
Di beranda ini angin tak kedengaran lagi
Langit terlepas,
ruang menunggu malam hari
Kau berkata:
pergilah sebelum malam tiba
Kudengar angin berdesah ke arah kita
(Goenawan Mohamad, “Di Beranda Angin Tak Kedengaran
Lagi”)
3. Irama
Irama adalah keteraturan bunyi yang terdapat dalam puisi.
Irama dibentuk oleh pergantian tekanan panjang pendek, kuat lemah, dan tinggi
rendahnya bunyi.
4. Rima
Rima merupakan persamaan bunyi akhir tiap-tiap baris
puisi untuk membentuk musikalisasi puisi. Rima juga digunakan untuk menambah
keindahan puisi.
Ragam rima ada
tiga macam, yakni:
1) Rima menurut
bunyinya, terdiri atas:
a. Rima sempurna, yakni
apabila seluruh suku kata akhir sama bunyinya (yang berbeda adalah huruf
depannya)
Contoh: luka-suka, lelah-telah
b. Rima tidak sempurna, yakni
apabila hanya bunyinya saja yang sama.
Contoh: beri-beli
c. Asonansi, yakni
perulangan bunyi vokal dalam satu suku kata yang terletak di akhir sebuah kata.
Contoh: tabu-ragu, diri-semi
d. Aliterasi, yakni
persamaan bunyi konsonan pada setiap awal kata
Contoh: sunyi sepi sendiri
e. Disonansi, yakni
apabila konsonan-konsonan yang membentuk kata itu sama, namun vokalnya berbeda
atau memiliki kombinasi vokal sehingga memberi kesan bertentangan.
Contoh: giling-gulung, jinjing-junjung
f. Rima mutlak, yakni
apabila seluruh bunyi kata tersebut sama
Contoh: Ingin kamu, mau kamu, hanya kamu, tentu kamu
g. Rima terbuka, yakni
apabila suku kata di akhir baris itu sama
Contoh: sendiri-mencari
h. Rima tertutup, yakni
apabila berakhir dengan konsonan yang sama
Contoh: melayang-sayang
2) Rima menurut
letaknya dalam baris puisi, terdiri atas:
a. Rima depan, yaitu
apabila kata pada awal baris itu sama
b. Rima tengah, yaitu
apabila perulangan kata terletak pada tengah baris
c. Rima akhir, yaitu
apabila perulangan kata terletak pada akhir baris
d. Rima tegak, yaitu
apabila kata pada akhir baris sama dengan kata pada awal baris berikutnya
e. Rima datar, yaitu
apabila perulangan bunyi terdapat dalam satu baris
3) Rima menurut
letaknya dalam bait puisi, terdiri atas:
a. Rima silang
(a b a b), yaitu apabila baris pertama berirama dengan baris
ketiga, dan baris kedua berirama dengan baris keempat.
b. Rima berpeluk
(a b b a), yaitu bila baris pertama berirama dengan baris keempat,
dan baris kedua berirama dengan baris ketiga.
c. Rima rangkai
(a a a a), yaitu bila seluruh akhir baris memiliki rima yang sama.
d. Rima kembar, yaitu
bila baris pertama berirama dengan baris kedua dan baris ketiga berirama dengan
baris keempat (berpasangan)
e. Rima patah, yaitu
apabila salah satu baris tidak memiliki rima yang sama dengan baris-baris yang
lainnya.
5. Tipografi
atau bentuk puisi (tata perwajahan puisi)
Tipografi tersebut merupakan pembeda dari bentuk karya
sastra lain. Baris-baris pada puisi tidak dibentuk menjadi paragraf, tertapi
dibentuk menjadi bait-bait.
B. Struktur
Batin Puisi
Struktur batin
puisi terdiri atas:
1. Tema
Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan penulis atau
penyair melalui puisinya. Tema puisi umumnya mengungkapkan persoalan manusia,
seperti cinta kasih, ketakutan, kebahagiaan, kedukaan, kesengsaraan hidup,
keadilan, kebenaran, dan sebagainya.
2. Nada
Nada yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada
berkaitan dengan suasana, karena nada puisi dapat menimbulkan suasana terhadap
pembacanya. Misalnya, nada riang diciptakan penyair untuk menimbulkan suasana
suka atau gembira bagi pembacanya.
3. Perasaan
Perasaan adalah sikap penyair terhadap objek yang ada
dalam puisinya.
4. Citraan
Citraan adalah gambaran indrawi ataupun gambaran sesuatu
yang konkret tentang hal yang ingin disampaikan dalam puisi.
Citraan terdiri
atas:
a. Citraan
penglihatan, yaitu citraan yang ditimbulkan oleh indra penglihatan
Contoh: merah, tampan, cemberut
b. Citraan
pendengaran, yaitu citraan yang ditimbulkan oleh indra pendengaran
Contoh: merdu, berisik
c. Citraan
penciuman, yaitu citraan yang ditimbulkan oleh indra penciuman
Contoh: harum, bau semerbak
d. Citraan
pengecap, yaitu citraan yang ditimbulkan oleh indra pengecap
(lidah)
Contoh: manis, asam, asin
e. Citraan
perabaan, yaitu citraan yang ditimbulkan oleh indra peraba
(kulit)
Contoh: halus, kasar
f. Citraan gerak, yaitu
citraan yang menggambarkan sesuatu yang sedang bergerak
Contoh: berjalan, merangkak
g. Citraan
perasaan, yaitu citraan yang menggambarkan sesuatu yang dirasakan
Contoh: sedih, senang, bahagia
5. Amanat
Amanat merupakan pesan yang hendak disampaikan penyair.
Amanat dapat diketahui setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi yang
kita baca.
6. Makna
Makna dalam puisi berkaitan dengan kata-kata konotatif
yang digunakan dalam puisi sehingga memerlukan perhatian tertentu.
Contoh:
Dengan bermandi
airmata
Kuminta
ampunan-Mu
Alangkah jauh
jalan yang harus kutempuh
Sebelum sempat
di hadirat-Mu
Bersimpuh
Jalur-jalur masa
lalu
Menjadi cermin
masa kini
Alangkah banyaknya
bisa
Untuk mengecap
setitik madu.
(Sajak-sajak Anak Matahari, Ajip Rosidi)
Kata ‘bermandi airmata’ pada puisi di atas sepertinya
sama dengan menangis, padahal kedua
kata itu berbeda sama sekali. Bermandi
airmata terasa lebih kuat daripada menangis,
dan kata itu juga lebih dapat menimbulkan gambaran yang lebih nyata dan
konkrit.